Angkat Semangat Persatuan Bangsa, Takjil di Masjid Jogokariyan Makin Melimpah

Masjid Jogokariyan pada bulan Ramadan 1440 H kembali hadir dengan tampilan baru serta tema baru. Beda pilihan pada saat pemilu 17 April menjadi sorotan warga untuk kembali menyatu, sehingga tema yang diusung adalah membangun persatuan bangsa.
“Kemarin kan kita sempat bisa dibilang terpecah karena beda pilihan, nah kita mencoba untuk kembali mempersatukan apa yang sudah terpecah itu. Walaupun tidak kelihatan terpecah tapi kan rasanya beda. Nah kita mencoba mempersatukan mereka, salah satunya adalah suasana ta’jil ini,” kata ketua panitia Kampung Ramadan Jogokariyan Ahmeda Aulia Nurseta, Kamis (09/05/2019).
Suasana Ramadan menurutnya soal kebersamaan harus ditingkatkan, misalnya dengan cara buka puasa bersama, salat tarawih, hingga membuat menu takjil yang selalu dilakukan pihaknya selama bulan Ramadan.
Dari informasi yang dihimpun, Masjid Jogokariyan setiap bulan Ramadan selalu menjadi pemecah rekor penyedia makanan gratis berbagai menu untuk berbuka di Yogyakarta. Jika pada tahun sebelumnya menyediakan 2000 porsi, kali ini menjadi 2500 porsi.
“Tahun sekarang 2500 porsi, sebelumnya 2000 porsi. Tapi kalau lebihnya ini sampai 2700 – 3000 porsi. Kemarin kita sedia 2600 porsi dan itu habis,” ucapnya.
Hal itu juga terlihat dari antusias masyarakat yang datang berdasarkan jumlah porsi yang mereka sediakan selalu habis. Pun dibarengi dengan antusias ibu-ibu yang semangat fastabiqul khoirot (berlomba lomba dalam kebaikan) untuk menyediakan menu yang terbaik setiap harinya.
“Seluruh dana ini dari infaq. Tahun ini dari 2500 sekitar Rp.750 juta, Itu full semuanya dari infaq. Jika dana itu lebih, kita juga tidak hanya menyediakan buka puasa disini saja. Tapi menyediakan buka bersama di daerah daerah pelosok. Masjid masjid binaan kita di desa-desa,” tambahnya.
Sementara, untuk mendukung suasana Ramadan, pihaknya juga menyediakan lapak kepada masyarakat setempat sebagai ajang usaha mereka dalam menjemput rezekinya.
“Sejarah awalnya ini memang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian jamaah. Jadi selain bulan Ramadan disini ada yang jual soto, bubir, gudeg. Nah itu kalau dijual sahur nggak cocok, untuk buka juga nggak cocok. Bagaimana mereka tetap berpenghasilan di bulan Ramadan, makanya kita buat pasar sore. Kita carikan pengunjungnya dengan cara kita adakan kegiatan kegiatan sore disini,” ujarnya.
“Kami berharap tidak hanya Jogokaryan saja. Kalau warga Jogokariyan mampu, otomatis yang lainnya juga seharusnya bisa,” pungkasnya.