Bersahabat dengan Satwa
Pembekalan diberikan oleh Pak Baswajid dan Ibu Amy. Para finalis dijelaskan isu-isu apa saja yang saat ini sedang menjadi bahan perdebatan dan upaya apa yang telah dilakukan TSI dalam membantu menanggulangi masalah lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh Pak Baswajid, kita harus menghargai alam karena Indonesia adalah salah satu biodiversity hotspot di dunia. Ekosistem harus dijaga dan menghindari adanya kepunahan sumber daya. Climate change adalah isu paling hangat dibicarakan. Suhu di Indonesia semakin panas, maka dari itu kita harus mensiasati untuk membuat bumi kembali menjadi hijau.
foto : Ibu Amy, pembicara dari pihak TSI. (dokumentasi pribadi)
Tentunya kita pernah mendengar istilah 3R yaitu reduce, reuse, recycle. Namun ada 2R lagi yang dapat melengkapi, yaitu refuse dan rethink. Kita harus menghindari dan berpikir apa yang benar-benar kita butuhkan. Tidak hanya memakai sumber daya saja semaunya dan menggunakannya tidak secara asal-asalan serta tetap menjaga lingkungan dengan tidak bersikap egois. Contohnya di Jakarta, masalah terberat adalah polusi udara, transportasi pribadi yang semakin banyak menyebabkan Jakarta semakin macet dan tentunya banyak menimbulkan asap. Dapat mengikis ozon dan menyebabkan suhu bumi makin panas. Kita bisa mensiasatinya dengan menggunakan moda transportasi publik yang telah disediakan pemerintah.
TSI berfungsi sebagai konservasi, pendidikan, riset&penelitian, serta hiburan. Bu Amy, selaku pembicara kedua mengemukakan hal apa saja yang telah dilakukan TSI lebih detail. Me-rescue harimau Sumatera, repratiasi orang utan, mengolah sampah, mengolah lahan hingga menambah penghijauan di wilayah TSI hingga Gunung Gede Pangrango.
Setelah sesi pembekalan, para finalis diajak bersafari melihat satwa-satwa dari dalam bis. Kemudian para finalis turun untuk berfoto secara langsung dengan satwa.
foto : Una, finalis no. 25 berfoto dengan burung kakak tua. (dokumentasi pribadi)
Penulis: MUNA AGNITA/ Finalis no.25