BKPM Bidik Investor Asing Untuk Berbisnis di E-Commerce Indonesia

0
situs-e-commerce

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan menggenjot investasi di sektor perdagangan online atau yang dikenal dengan e-commerce di tahun 2018. Ketua BKPM Thomas Lembong menyebut belakangan ini, modal yang dikucurkan dari investor di seluruh dunia  untuk sektor  e-commerce sangat gencar dan besar. Momen seperti ini,  harus diambil Indonesia secepatnya agar dapat  merasakan manfaatnya, utamanya untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Thomas pun mencontohkan Alibaba Group Holding Ltd sebagai perusahaan yang berinvestasi disektor e-commerce Indonesia . Perusahaan asal China itu menggelontorkan dana yang cukup besar yakni mencapai US$3 miliar ke Indonesia. Sebanyak US$2 miliar dialirkan ke marketplace Lazada, sedangkan sisanya US$1 miliar disalurkan ke Tokopedia.

Alibaba adalah satu dari banyak perusahaan asing yang terjun ke e-commerce Indonesia. Kehadiran Alibaba membuktikan pasar e-commerce Indonesia memiliki potensi yang menguntungkan bagi para investor

“Momentum investasi e-commerce ini cukup baik. Sekarang, pekerjaan saya adalah untuk mencari-cari investor yang lain,” ujar Thomas di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu, 3 Januari 2018.

Meski pertumbuhan investor asing cukup banyak, namun pria yang akrab di sapa Tom ini,  memiliki catatan agar laju investor dapat terkontrol. Catatan itu,  berupa  diversifikasi investor e-commerce yang datang ke Indonesia. Sebab menurutnya, sejauh ini penanam modal yang masuk sebagian besar berasal dari China.

Adapun, negara yang diincar olehnya adalah Amerika Serikat dan Jepang yang ia sebut sebagai raksasa yang masih tertidur (sleeping giant).

Dari AS, ia berharap Google, Facebook, dan Amazon bisa menanamkan modalnya di Indonesia. Sementara dari Jepang, ia berharap ada investasi besar layaknya Softbank yang menyuntikkan modal ke Grab dengan nilai milaran Dolar AS.

“Untuk memanfaatkan momentum itu. Kami akan mencari-cari investor dari kawasan lain, jangan hanya China saja, tapi kami perlu diversifikasi,” ungkap dia.

Sektor e-commerce memiliki risiko tersendiri. Semakin tinggi minat, maka investasi e-commerce berpotensi memiliki nilai tidak wajar di kemudian hari, atau kerap disebut bubble. Namun untuk jangka pendek, investasi e-commerce dalam 18 bulan ke depan belum memiliki sinyal tersebut. (Sumber CNN Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *