Diminati Pasar Global, American Hardwood Diyakini Dapat Dongkrak Ekspor Produk Furnitur Indonesia
Pelaku industri furnitur dan kerajinan tanah air mendapat pemahaman tentang beragam jenis kayu keras Amerika (American hardwood) sebagai alternatif bahan baku bagi industri furnitur, terutama untuk pasar Amerika dan Eropa. Pemahaman tersebut disampaikan oleh Environmental Policy Director of AHEC Mr. Rupert Oliver dan Chief Inspector of National Hardwood Lumber Association Mr. Dana Spessert pada acara seminar bertajuk “Towards A Sustainable Future : Understand EUDR and American Hardwoods”.
Acara diselenggarakan oleh Asosiasi Industri Permebelan & Kerajinan Indonesia (ASMINDO) bekerjasama dengan American Hardwood Export Council (AHEC) di Ballroom VIVERE Hotel Artotel Curated, Senin (29/04/2024). Selain pelaku industri perwakilan dari Kementerian terkait dan mitra strategis ASMINDO juga ikut hadir pada acara seminar tersebut.
Dalam industri furnitur Indonesia, kayu keras Amerika memiliki daya tarik yang tak terbantahkan. Jenis kayu seperti oak, walnut, dan hard maple menjadi favorit di pasar Indonesia. Menurut data dari American Hardwood Export Council (AHEC), Indonesia bahkan menduduki posisi sebagai pasar terbesar kedua untuk kayu keras Amerika di kawasan Asia Tenggara.
Kehadiran kayu keras Amerika yang berkualitas tinggi ini menunjukkan minat yang kuat dari pelaku industri furnitur di Indonesia. Kualitas dan karakteristik unik dari kayu-kayu ini telah membuatnya menjadi pilihan utama bagi para pengrajin dan produsen furnitur di tanah air.
Ketua Umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), Dedy Rochimat, menyoroti potensi besar permintaan produk furnitur di pasar global. Menurutnya, pangsa pasar global mencapai USD 729 miliar pada akhir tahun 2023, dan diprediksi akan meningkat menjadi USD 766 miliar pada tahun 2024.
Meskipun nilai ekspor furnitur Indonesia mengalami penurunan sebesar 23% pada tahun 2023, akibat berbagai tantangan global seperti ketidakpastian ekonomi, perubahan iklim, dan kondisi geopolitik, ASMINDO tetap optimis dapat mencapai target pasar furnitur dunia. Salah satu upaya yang diusung adalah menetapkan target untuk menguasai 1% dari pasar furnitur dunia.
Dalam konteks ini, Dedy menggarisbawahi pentingnya dukungan dalam hal bahan baku yang memadai, teknologi, dan akses pasar yang lebih besar terutama di Amerika dan Eropa.
Dedy berharap agar American Hardwood Export Council (AHEC) dapat membantu para anggotanya untuk memanfaatkan American hardwood secara optimal melalui program pendidikan dan pelatihan yang diperlukan. Hal ini diharapkan dapat membantu industri furnitur Indonesia mengakses pasar yang lebih besar, terutama di Amerika dan Eropa.
“Kami berharap bahwa seminar ini dapat memberikan solusi bagi tantangan yang dihadapi industri furnitur Indonesia dan memberikan manfaat yang besar bagi industri tersebut,” ungkap Dedy
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Joshua Puji Mulia Simanjuntak, menyoroti potensi kolaborasi antara kayu Amerika dan industri kreatif Indonesia.
Simanjuntak menekankan bahwa penggunaan kayu Amerika memiliki potensi untuk menambah nilai tambah pada produk-produk industri kreatif. Menurutnya, pasar cenderung memberikan respon positif terhadap produk-produk yang memiliki nilai tambah, dan kualitas kayu Amerika dapat menjadi media bagi desainer dan industri untuk memasuki pasar dengan lebih efektif.
“Industri Indonesia dapat belajar banyak dari cara Amerika mengelola hutan dan kayu mereka. Dia menyatakan bahwa hal-hal seperti penghitungan harga dan praktik perdagangan kayu merupakan hal yang perlu dipelajari lebih lanjut oleh industri Indonesia,” terang Joshua.