Film Animasi Dapat Bantu Promosikan Destinasi Wisata
Promosi pariwisata dapat dikemas dalam bentuk apa pun termasuk film animasi. Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (Ainaki) membenarkan bahwa film animasi kini dapat dijadikan sarana untuk mempromosikan destinasi wisata di suatu daerah. Dengan promosi melalui film animasi diyakini dapat mendulang minat wisatawan untuk berkunjung.
Ketua Ainaki Ardian Elkana mengatakan bahwa film animasi dapat mengangkat pariwisata di daerah sudah terbukti di Spanyol. Tepatnya 17 tahun lalu, Pemerintah Grand Canaria, Spanyol membuat animasi untuk menyedot kunjungan wisatawan.
“Kami produksi 26 episode mempromosikan Grand Canaria sebagai potensi wisata utama Eropa. Peningkatan pariwisatanya, khususnya investasi dan lain-lain seperti hotel itu meningkat,” kata dia, di Solo, Jawa Tengah, Rabu, 13 Desember 2017.
Dalam membuat animasi ini, Grand Canaria mengajak produser dari Hollywood. Produser tersebut menyatakan tertarik untuk bekerjasama dan hasilnya pun cukup puas yakni banyak wisatawan yang berminat berkunjung setelah menonton animasi tersebut. Di Indonesia pun pernah mengalami itu, yakni saat diputarnya film Laskar Pelangi. Banyak pihak menyebut film ini sukses mempromosikan wisata beliting dan hingga saat ini, wisata belitung menjadi wisata bidikan para wisatawan.
“Animasi sedikit beda dengan live action, investasi jauh lebih besar maka pasar harus internasional. Kalau pemda bisa kerja sama dengan industri, bisa datangkan produsen dari hollywood karena dari sisi cerita bisa lebih maju. Investasi dari Tiongkok, dan produksi di Indonesia, investasi juga dari pemda, itu akan menjadi pasar yang besar,” jelas dia.
Selain akses permodalan, pemda juga diharapkan bisa mendorong industri lain sebagai penopang media animasi tersebut. Misalnya saja menyediakan infrastruktur, panggung untuk menampilkan karya yang sudah dibuat, hingga pembuatan merchendise sehingga bisa memberikan multiplier effect.
Sementara itu, pelaku industri kreatif saat ini sudah memiliki sejumlah sistem IT dan intellectual property untuk bisa menggarap program seperti ini. Bahkan tak jarang dari mereka yang sudah memiliki pasar dan jaringan tersendiri sehingga production capacity-nya bisa dimanfaatkan.