Gubernur Jawa Barat Susun Cetak Biru Kebencanaan
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan saat ini Pemprov Jawa Barat sedang menyusun West Java Resilence Culture Blue Print atau cetak biru budaya menghadapi bencana. Agustus ctak biru itu harus sudah selesai dibuat.
“Kami sedang menyusun cetak biru kebencanaan ini, Agustus saya targetkan selesai. Ini penting karena Jawa Barat merupakan daerah dengan titik rawan bencana terbanyak secara nasional,” ujarnya dalam Seminar Nasional dan Bedah Buku Sinergitas Penta Helix Merawat Alam dan Mitigasi Bencana di Grand Asrilia Bandung, Jumat (22/2).
Kegiatan yang digelar bersama oleh BNPB, Kodam III Siliwang, Dinas Lingkungan Hidup Jabar, dan Citarum Institute. Seminar nasional menghadirkan tiga pembicara utama yakni Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, Deputi 4 Kemenko Maritim Dr. Ir. Safri Burhanuddin, dan Gubernur Jawa Barat Mochamad Ridwan Kamil.
Dalam seminar juga dihadirkan event Bedah Buku “Kembalikan Citarum Harum” yang merupakan buku setebal 380 halaman hasil telisik dua orang, Joko Irianto Hamid dan Esa Tjatur Setiawan yang menulis paparan jurnalistik yang diniati untuk menjawab kritikan dunia internasional dimana sungai Citarum dijuluki “sungai terkotor sedunia” sejak 2013 oleh Black Smith Institute, organisasi nirlaba berbasis di New York. Kualitas sungai hakekatnya menggambarkan kualitas peradaban suatu bangsa.
Emil, sapaan akrab gubernur, menambahkan sebesar 60 persen kebencanaan hidrologi terjadi di wilayah Jawa Barat. Laporan BPBD menyebutkan setiap tahun ada 1200 hingga 1600 laporan bencana alam, atau jika dihitung perhari, ada tiga kali laporan bencana setiap hari diterima BPBD.
“Artinya memang Jabar itu sudah wilayah dengan tingkat bencana tinggi. Jika kita tidak siapkan menghadapi bencana yang rutin muncul, jelas akan merugi,” tegasnya.
Blue Print ini menurutnya akan menjelaskan tentang cara menghadapi bencana dari tingkat rumah tangga hingga pemerintah daerah, alokasi anggaran dan lain-lain.