Karakteristik Masyarakat Pengaruhi Efisiensi Industri Telekomunikasi
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menekankan pemerintah menginginkan terciptanya industri telekomunikasi yang efisien agar masyarakat dapat menerima layanan dengan harga terjangkau. Namun, menurutnya ada banyak hal yang mempengaruhi efisiensi industri tersebut, salah satunya karakteristik masyarakat.
“Yang kita inginkan adalah industri (telekomunikasi) yang efisien, sehingga operator bisa menawarkan produknya dengan harga affordable. Tapi banyak variabel yang membuat industri ini tidak bisa cepat berubah menjadi lebih efisien. Salah satunya karakteristik masyarakat,” jelasnya dalam Peresmian Proyek Australia Singapore Cable (ASC) di Ballroom Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Senin, 11 Desember 2017.
Menurut Menteri Rudiantara, dari 50% pengguna seluler Indonesia yang mengakses data, sebagian besar lebih sering mengunduh dibandingkan mengunggah konten. “Karakteristiknya, sebagian besar user itu lebih banyak download instead of uploading. Hal ini membuat terjadinya asymmetric flow, lebih banyak incoming traffic. Dan masyarakat umumnya lebih senang aplikasi luar, pengembang aplikasi juga hostingnya maunya di luar terus,” katanya.
Lebih lanjut Menteri Kominfo menjelaskan, jika masyarakat mau berubah untuk menggunakan aplikasi buatan dalam negeri, akan membantu menyeimbangkan trafik yang asimetris tersebut. “Dengan perubahan karakteristik, akan membuat lebih murah, reduce the cost services,” tandasnya.
Proyek pembangunan jaringan komunikasi kabel bawah laut yang menghubungkan Australia, Indonesia dan Singapura merupakan kerjasama antara XL Axiata, Vocus Group, dan Alcatel Submarine Network. Sepanjang 4600 km kabel bawah laut akan terhubung dengan landing point di Anyer, Jawa Barat. Adapun kapasitas jaringan Jakarta – Singapura mencapai 30 TB (terabyte) dan 20 TB untuk Jakarta – Australia.
Menurut Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini, sistem komunikasi kabel laut (SKKL) ini memberi rute alternatif dari Australia yang akan mengurangi ketergantungan kepada jaringan internet di Singapura. “Dengan jaringan alternatif ini maka akses internet dapat dialihkan menjadi jaringan Indonesia-Australia,” jelas Dian.