Kemendikbud Sedang Rancang PP Untuk Serfitikasi Penulis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang menyusun Peraturan Pemerintah (PP) untuk mensertifikasi penulis buku pelajaran sekolah. Rencana ini muncul melihat banyaknya kesealahan penulisan dalam buku sekolah. Yang terbaru adalah Buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) Kurikulum 2006 yang ditulis oleh I. S. Sadiman dan Shendy Amalia.Dalam buku tersebut ditulis Yerussalem adalah ibukota Israel. Kini buku itu sudah direvisi oleh Kemendikbud dengan tulisan Ibukota Israel adalah Tel Aviv.
“Segera dibuat sertifikasi penulis yang nanti diatur dalam PP sehingga yang bisa menulis buku khususnya untuk anak-anak yang masuk sekolah adalah penulis-penulis yang bersertifikasi . Saat ini kita sedang merancang PP. Biasanya kalo sertifikasi itu, saya perlu konsultasi dengan para penulis,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno dalam jumpa pers di Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Kamis, 14 Desember 2017.
Toto mengatakan sertifikasi ini penting untuk menjamin kualitas penulis sehingga buku pelajaran yang dihasilkan tidak harus memiliki porsi besar untuk direview. “Kalo meningkatkan profesionalitas kemampuan penulis itu adalah filter pertama kualitas. Jadi yang paling dasar itu. kemampuan penulisnya hebat, professional, wawasannya luas, itu Insya Allah riviewnya minim,” ujar Totok.
Selain penulis, tim penilai yang memeriksa buku pelajaran juga disertifikasi. Tim penilai memiliki peran penting untuk meneliti karya tulisan yang dimuat sebelum buku itu di review dan di sebarkan ke sekolah.
“ Ini professional text nya harus di jamin. Jika pelu nanti harus juga ada sertifite penilai . lalu berikutnya reviewer ini juga kita mulai jalan. Siapa reviewer itu, reviewer itu adalah guru. Riview ini yang ideal sebenarnya ga hanya guru tetapi juga murid,” ungkap Toto.
Hal senada juga disampaikan Sekjen Msyarakat Sejarah Indonesia Kemendikbud Restu Gunawan. Di kesempatan yang sama, Restu mengatakan seorang penulis harus mencari kritik sumber saat membuat buku. Kritik sumber menjadi penting karena dapat memvalidkan tulisan yang dimuat.
“Seorang sejarahwan menulis buku lalu hanya mengandalkan satu sumber maka sebenarnya dia tidak berbuat apa-apa. Saya khawatir juga kawan-kawan yang menulis buku tidak menggunakan falid dan akuntanbel nah inilah kegunaannya kritik sumber,” kata Restu.