Komoditas Ikan Menjadi Penyumbang Inflasi Bangka Belitung

Pada September 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi sebesar 0,05 % (mtm), seiring dengan hal tersebut tingkat inflasi tahun kalender tercatat sebesar 0,89% (ytd), sedangkan tingkat inflasi dari tahun ke tahun sebesar 1,42 % (yoy). Inflasi nasional diprakirakan akan tetap rendah, oleh karena itu untuk mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 September 2020.
Bank Indonesia Kpw Bangka Belitung mengadakan press conference terkait inflasi bulan September Tahun 2020 bersama media cetak dan elektronik pada Jumat, (09/10) pagi bertempat di Ruang Pertemuan Besar Kantor Bank Indonesia Kpw Bangka Belitung.
Tercatat inflasi Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm) yang didorong oleh inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada September 2020. Dengan perkembangan inflasi tersebut, secara tahunan Bangka Belitung mengalami deflasi sebesar 0,36% (yoy) dengan inflasi tahun kalender sebesar -0,18% (ytd). Inflasi tahunan Bangka Belitung pada September 2020 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,42% (yoy).
Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,85% (mtm) dengan andil sebesar 0,27%. Komoditas ikan-ikanan menyumbang andil terbesar pada inflasi September 2020. Pergerakan harga komoditas ikan-ikanan diakibatkan berkurangnya pasokan seiring menurunnya produktivitas nelayan tangkap dampak dari peningkatan curah hujan selama bulan September. Laju inflasi bahan makanan September 2020 tertahan oleh deflasi pada tiga komoditas utama yaitu daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah seiring tingginya pasokan dampak masih berlangsungnya panen raya di daerah sentra.
“Laju inflasi September Bangka Belitung tertahan oleh deflasi pada kelompok transportasi sebesar 1,46% (mtm) dengan andil sebesar 0,19%. Deflasi pada kelompok transportasi terutama disebabkan oleh penurunan permintaan komoditas angkutan udara sebagai akibat dari peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dan pemberlakuan kembali PSBB di Jakarta.” ujar Tantan Heroika selaku Kepala Bank Indonesia Kpw Bangka Belitung.
Selain itu, kelompok pengeluaran lainnya yang tercatat mengalami inflasi antara lain adalah penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,15% (mtm)) dan perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,20% (mtm)) dengan andil masing-masing sebesar 0,01 %. Kelompok pengeluaran rekreasi, olahraga, dan budaya tercatat tidak mengalami perubahan indeks harga pada September 2020. Sementara itu, kelompok pengeluaran lainnya tercatat mengalami perubahan indkes harga yang relatif stabil.
Secara spasial, Kota Pangkalpinang megalami inflasi sebesar 0,05% (mtm) terutama disebabkan oleh inflasi pada kelompok makanan yaitu komoditas ikan-ikanan seperti ikanselar/ikan tude, ikan kerisi dan udang basah. Meningkatnya harga komoditas tersebut disebabkan oleh menurunnya produktivitas nelayan tangkap dan meningkatnya curah hujan.
Serupa dengan Kota Pangkalpinang, Kota Tanjungpandan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,20% (mtm). Komoditas yang memberikan andil terbesar dalam inflasi yaitu komoditas minyak goreng, kangkung dan emas perhiasaan. Kenaikan harga minyak goreng sejalan dengan tren harga CPO global yang juga mencatatkan kenaikan pada periode laporan. Selain itu, meningkatnya harga komoditas emas perhiasaan disebabkan oleh sering masih berlanjutnya tren kenaikan harga emas global di tengah peningkatan ketidakpastian global.
Berdasarkan perkembangan indikator harga komoditas utama, pada Oktober 2020, Bangka Belitung diperkirakan akan mengalami inflasi. Tekanan komoditas ikan-ikanan diperkirakan akan meningkat seiring dengan kenaikan curah hujan yang berdampak pada produktivitas nelayan tangkap Babel. Selain itu, berakhirnya masa panen beberapa komoditas utama seperti bawang merah dan cabai merah diperkirakan akan menambah tekanan inflasi Oktober 2020. Beberapa hal yang berpotensi menahan inflasi angkutan udara dampak pemberlakuan kembali PSBB di Jakarta serta tercukupinya pasokan nasional untuk komoditas utama sepertigula pasir dan bawang putih.
Selanjutnya pada 2020, inflasi Bangka Belitung diperkirakan akan berada dalam rentang yang diharapkan yaitu sebesar 3% sampai dengan 1% (yoy) meski terdapat potensi biasa ke bawah karena penurunan permintaan, di sisi lain ketersediaan dan distribusi pangan relatif lancer. Hal ini tidak lepas dari peran aktif dan sinergi yang baik antara Bank Indonesia dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bangka Belitung dan Satuan Tugas (Satgas) Pangan dalam memantau perkembangan harga, menjaga kecukupan stok panganserta mengupayakan kelancaran distribusi.