Lampor : Kisah Urban Dari Tanah Jawa yang Diangkat Menjadi Sebuah Film

Setelah sukses dengan film bergenre horor Ghostwriter, Starvision kembali meluncurkan film horor berjudul Lampor Keranda Terbang yang akan tayang pada tanggal 31 Oktober 2019, bertepatan dengan malam Halloween. Film ini disutradarai oleh Guntur Soeharjanto.
Diangkat dari kisah urban yang berasal dari Temanggung, Jawa Tengah, film Lampor Keranda Terbang merupakan kisah nyata masa kecil yang pernah dialami oleh sang sutradara, serta para warga Temanggung pada tahun 80an.
“Dulu sehabis maghrib harus pulang, kalau enggak pulang bakal digondol (dibawa) sama lampor. Ada yang mati, ada yang hilang bertahun-tahun tidak ditemukan, namun ada juga yang di temukan tetapi di daerah Curug,” Ujar Guntur Soeharjanto.
Saat ditanyakan mengenai pernah atau tidak melihat sosok lampor, Guntur mengatakan bahwa dirinya belum pernah melihat sosok Lampor, dirinya hanya pernah mendengar suara khas kedatangan dari sosok lampor tersebut.
“Kalau untuk melihat jangan sampai, tetapi saya pernah mendengar suara lampor ketika datang, welwo welwo welwo, dijawil lan digowo (disentuh dan dibawa),” Ungkapnya dalam Konferensi Pers dan Screening, Kamis (3/10/2019) di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan.
Selain itu, Chand Parwez selaku Produser film ini tertarik mengangkat cerita Lampor dan menjadikannya sebuah film setelah mendengar cerita dari sang sutradara. dia pun menyatakan telah jenuh dengan film-film horror yang ada saat ini.
“Saya sendiri sudah jenuh dengan film horor sekarang, setelah mendengar cerita masa kecil mas Guntur dan para korban yang diculik lampor, saya tahu ini nyata, saya harus bikin horor yang berbeda,” Ucap Parwez.
Tidak hanya sekedar horor biasa dan teror yang disuguhkan dalam film horor kebanyakan yang menurutnya tidak rasional, di film ini sang produser juga mengangkat kearifan lokal mengenai kisah urban Lampor.
“Berangkat dari sebuah kejadian yang nyata, kita bawa kearifan lokal yang ada karena teror selama ini tidak jelas, tidak ada logikanya, dan disini jelas.”
Sang produser sempat mengalami kesulitan saat melakukan riset wawancara kejadian nyata yang dialami langsung oleh keluarga korban yang pernah diculik oleh lampor. Meskipun sulit mencari informasi mengenai sosok lampor, mereka menjadi saksi hidup penting dalam kisah keberadaan lampor.
“Yang paling sulit saat mewancarai korban lampor, karena beberapa dari mereka lebih memilih untuk diam dan merahasiakan kejadian tersebut,” Ungkapnya.
Film yang diperankan oleh Dion Wiyoko dan Adinia Wirasti ini mengisahkan tentang Edwin (Dion Wiyoko) dan Netta (Adinia Wirasti) bersama dengan kedua anaknya yang pulang ke kampung halaman mereka, di Temanggung, Jawa Tengah. Ketika tiba di sana, Netta justru dianggap sebagai pembawa musibah karena kampungnya diteror oleh lampor, hantu pencabut nyawa yang membawa keranda terbang. Orang-orang di sana percaya bahwa lampor akan datang jika ada seorang pendosa di kampung tersebut.
Penulis : Arief Fadhilah Putra