Manggala Agni Tingkatkan Peran Masyarakat Peduli Api Melalui Pelatihan

0
1 Pembuatan cuka kayu

Menginjak pekan pertama bulan Oktober 2017, pantauan titik panas atau hotspot di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengalami penurunan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Manggala Agni Daops Kota Jambi untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat, dan pelatihan membuat cuka kayu, di Desa Petajen, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jumat, 6 Oktober 2017.

Kegiatan tersebut sebagai peningkatan peran Masyarakat Peduli Api (MPA) dalam pencegahan karhutla, sekaligus menjadi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat. Proses pembuatan cuka kayu cukup mudah dan murah, hanya memanfaatkan limbah kayu atau bahan bakaran yang banyak tersedia di lahan masyarakat. Dengan pemanfaatan bahan bakaran ini, akan mengurangi kebiasaan masyarakat untuk membakar sisa kayu, dan limbah kayu tersebut menjadi bahan untuk menghasilkan produk ramah  lingkungan, sekaligus bernilai ekonomi.

 Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Raffles B. Panjaitan menyatakan, selain menyampaikan larangan membakar hutan dan lahan kepada masyarakat, Manggala Agni juga berupaya menghadirkan alternatif solusi bagi masyarakat,  seperti pelatihan pembuatan cuka kayu dan penyiapan lahan tanpa bakar (PLTB).

 “Pelatihan seperti ini akan terus dilakukan oleh Manggala Agni di daerah dengan melibatkan Masyarakat Peduli Api (MPA). Perlu terus mencari alternatif solusi bagi masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar”, tegas Raffles B. Panjaitan.

 Pelatihan ini diawali dengan sosialisasi peraturan Perundang-undangan tentang larangan membuka lahan dengan cara membakar, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tahapan-tahapan pembuatan cuka kayu.

 Sementara itu, hasil pantauan Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK berdasarkan satelit NOAA tanggal 6 Oktober pukul 20.00 WIB terdapat 4 hotspot yaitu di Sumatera Barat 3 titik dan Lampung 3 titik (6 Oktober 2017). Sedangkan berdasarkan TERRA AQUA (NASA) confidence level ≥80% terdapat 5 hotspot, yaitu di Provinsi Lampung 2 titik, Nusa Tenggara Timur 1 titik, Nusa Tenggara Barat 1 titik, dan Maluku 1 titik.

 Hingga malam tadi (06/10/2017), menurut pantauan posko dari Satelit NOAA terdapat jumlah hotspot sebanyak 2.343 titik di seluruh Indonesia. Sedangkan pada periode yang sama di tahun 2016, jumlah hotspot tercatat sebanyak 3.486 titik. Terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.143 titik atau 32,78%.

Sementara, satelit TERRA-AQUA (NASA) mencatat terdapat 1.805 hotspot. Jumlah ini menurun sebanyak 1.739 titik (49,06%), jika dibandingkan dengan tahun 2016 pada periode yang sama, yaitu sebanyak 3.544 titik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *