Mengukur Kultur dengan Jujur Melalui Sudut Pandang Mahasiswa Asing BIPA Unpad
Jika ingin mengukur dengan jujur kultur dan tradisi kita, sekaligus seberapa imun dan abai kita terhadapnya, salah satu cara terbaik adalah mengukurnya melalui sudut pandang orang asing. Maka, Program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) Unpad adalah alat ukur yang tepat.
Program BIPA merupakan pusat kajian atau riset pembelajaran kursus Bahasa Indonesia untuk penutur asing yang berada di bawah naungan Pusat Bahasa Fakultas Ilmu Budaya Unpad. Para peserta didiknya adalah mahasiswa asing yang mempelajari bahasa Indonesia dengan beragam motif seperti pendidikan, penelitian, profesi, maupun hubungan bilateral.
Hikaru Suzuki serta beberapa mahasiswa asal Jepang baru saja melepas sepatu dan masuk ke satu rumah di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya. Namun, seketika itu pula mereka terpaku menyaksikan seorang warga begitu terampil menganyam hihid (kipas tradisional) dan boboko (bakul) dari bambu.
Bola mata mereka sudah menangkap begitu banyak cahaya ketakjuban dan keingintahuan. Namun, mereka hanya mematung. Sejurus kemudian, pertanyaan dari mulut mereka berhamburan.
Bola mata mereka sudah menangkap begitu banyak cahaya ketakjuban dan keingintahuan. Namun, mereka hanya mematung. Sejurus kemudian, pertanyaan dari mulut mereka berhamburan.
Dalam tur selama 2 hari, pada 4-5 Desember 2018 lalu, 50 mahasiswa BIPA Unpad dari berbagai negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Prancis, Maroko, Madagaskar, dan Kirgizstan mengunjungi sejumlah tempat di Kabupaten Tasikmalaya dan Garut.
Selain ke Kampung Naga, mereka diajak menyaksikan langsung proses produksi berbagai barang olahan kulit dan pembuatan dodol di Garut. Dalam perjalanan pulang, para mahasiswa meyempatkan diri mengunjungi Candi Cangkuang.