Menpar Targetkan Tahun 2019 Banyuwangi Jadi Destinasi Wisata Dunia

Benar-benar luas biasa komitmen Banyuwangi dalam mengembangkan destinasi wisatanya. Hasilnya banyak destnasi wisata di Tanah kelahiran Menteri Pariwisata Arief Yahya ini yang dilirik wisatawan mancanegara (wisman). Tidak salah jika Arief menargetkan Banyuwangi Banyuwangi sebagai tujuan wisata dunia.
“Untuk Banyuwangi kami akan terus dorong agar pada 2019, bisa menjadi tujuan wisata dunia,” kata Arief saat meresmikan eL Royale Hotel & Resort Banyuwangi, hotel bintang empat, Rabu, 21 Juni 2017.
Arief mengakui bahwa destinasi wisata di Banyuwangi tidak diraukan lagi. Banyuwangi memuliki semua potensi yang dapat mencetak kabupaten sebagai wisata dunia. Salah satu destinasi wisata di Banyuwangi yang kini banyak diincar wisatawan adalah Kawah Ijen. Ojek wisata yang satu ini terkenal dengan Blue Firenya yang menjadi favorit wisatawan mancanegara, karena hanya ada dua di dunia. Menurut Arief blue fire Kawah Ijen harus dipercantik dan dibenahi. Apalagi dalam waktu dekat ini, kata Arief, telah ada investor yang berinvestasi membangun cable car di Kawah Ijen.
“Cable car ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi Banyuwangi untuk menarik wisatawan. Banyuwangi akan menjadi destinasi wisata pertama kelas dunia di Indonesia. Cable car sedang proses perijinan di pemerintah pusat Selain itu, kini marina terintegrasi pertama di Indonesia sedang dibangun di Pantai Boom, Banyuwangi dan diharapkan rampung semuanya pada akhir 2018,” kata mantan Dirut Telkom itu.
Modal lain yang dimiliki Banyuwangi adalah aksesibilitas. Belum lama ini ada maskpai yang telah meluncurkan penerbangan langsung dari Jakarta ke Banyuwangi dan sebaliknya. Maskapai itu adalah milik Sriwijaya Air Group yakni Nam Air. Jejak Nam Air yang sudah melayani penebangan ke Banyuwangi tak lama lagi akan diikuti Garuda Indonesia.
“Tahun 2019, kami targetkan Bandara Blimbingsari menjadi International Airport. Karena ini syarat menjadi wisata dunia, mau tidak mau Bandara Blimbingsari Banyuwangi, harus menjadi International Airport (Bandara Internasional),” ujar Arief.
Tidak hanya konektivitas udara yang dimiliki Banyuwangi, konektivitas darat juga tersedia di kabupaten paling Timur di pulau Jawa ini. Konektivitas itu adalah akan dibangunnya tol Surabaya-Banyuwangi. Namun kenyataanya banyak wisman yang memilih akses yang cepat untuk mencapai tujuan destinasi wisatanya.
“Memang benar Banyuwangi nantinya akan dibangun tol Surabaya-Banyuwangi. Tapi itu membutuhkan waktu empat jam. Jadi mau tidak mau harus ada International Airport,” kata Arief.
Arief juga menilai Banyuwangi terus membenahi sisi amenitasnya, seperti tumbuhnya investasi sejumlah hotel berbintang di Banyuwangi. “Kalau sudah ada hotel bintang 4, ini akan menjadi turning point pariwisata Banyuwangi,” ujar Arief.
Adanya amenitas yang memadai tersebut, Menpar meminta Banyuwangi mulai serius menggarap wisata MICE (meetings, incentives, conference, exhibitions). Menurut dia MICE sangat membantu mendorong pariwisata, apalagi hotel jaringan el Group yang baru saja diresmikan ini memiliki ballroom yang dapat menampung 1300 orang. ”Negara yang MICE pesat negaranya juga maju, contohnya seperti di Singapura,” kata Arief.
Selain itu, dengan MICE akan makin menambah kunjungan pariwisata. Asosiasi bisnis, lembaga profesi, komunitas sosial, perusahaan, perkumpulan keluarga, berpeluang menjadi costumer MICE. “Wisatawan MICE membelanjakan uangnya dua kali lipat dari wisatawan biasa. Misalnya Banyuwangi berhasil menggelar sebuah even MICE perkopian atau perikanan berskala internasional, keuntungannya secara statistik daerah itu otomatis terakui maju di sektor tersebut,” kata Arief.