Pelaku USaha Tak Terkejut Dengan Kecilnya Nilai Investasi Arab Saudi

Indonesia harus menerima kenyataan pahit bahwa kedatangan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulazis Al Saud ke Indonesia hanya menggelontorkan investasi sekitar Rp 89 trilyun, lebih rendah jika dibandingkan investasi Arab Saudi di Cina yang mencapai Rp 230 trilyun. Rasa kecewa patut diungkapkan termasuk dari Presiden Jokowi.
Presiden mengaku sedikit kecewa dengan investasi Arab tersebut. Kekecewaan ini disampaikan presiden di Pondok Buntet Pesantren, Cirebon Jawa Barat, hari Kamis, 13 April 2017 lalu. Dengan nada becanda Presiden mengatakan dirinya sudah memayungi Raja Salaman saat tiba di Istana Bogor, seharus Investasi ke Indonesia lebih tinggi.
Melihat investasi Arab ini, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) memiliki catatan kenapa Arab Saudi hanya mengelontorkan dana yang tidak besar kepada Indonesia.Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan karakter investasi negeri kaya minyak tersebut umumnya melalui portofolio keuangan. Investor asal Arab Saudi umumnya bukan merupakan operator seperti misalnya investor asal Jepang.
“Kalau Jepang banyak operator, artinya mereka menjalankan usaha, ada bisnis pembangkit listrik lalu masuk ke Indonesia. Arab Saudi lebih ke portofolio keuangan,” ujarnya seperti yang dikutip Bisnis.com.
Perbedaan karakter investasi tersebut, jelas Hariyadi, membuat angka investasi kedua negara berbeda. Menurutnya, perlu juga untuk dicermati jenis investasi Arab Saudi di China karena bisa jadi berupa penyertaan modal juga.
Sementara itu Benny Soetrisno, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan mengatakan sedikitnya investasi Arab Saudi di Indonesia karena ketidakcocokan berusaha di Indonesia. Arab Saudi, kata Benny, hanya berminat besar berinvestasi pada pengelolaan Kilang Cilacap dengan nilai investasi sebesar US$6 milyar atau setara Rp80,2 trilyun.
“Jadi (investasi kecil) mungkin belum cocok. Mereka melihat di sini masih banyak produk hilir berbasis bahan baku crude oil. Selain itu masih bisa untuk banyak produk hulu berbasis minyak bumi,” ujarnya.