Pemerintah Jadikan Kapal Tenggelam Sebagai Objek Wisata Bahari Baru

Wisata underwater di Indonesia memang tidak ada matinya. Terumbu karang yang hidup subur ditambah jenis ikan yang lucu dan habitat hewan laut lain menjadi daya tarik bagi wisatawan. Namun kini ada wisata underwater di Indonesia yang baru, yang bisa menjadi alternatif bagi wisatawan yang hobi diving.
Wisata itu adalah wisata Benda Muatan Kapal Tenggelam (BKMT). Wisata ini adalah salah satu terobosan baru pemerintah di bidang wisata bahari. Saat ini BMKT sedang ditata dan dicreate agar tampilannya dibawah air lebih menarik. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Padjaitan ikut turun langsung mengawal penataan BMKT ini. Luhut menyebut BMKT harus dapat dimaksimalkan agar dapat menjadi faktor pendukung untuk mengembangkan pariwisata nasional.
Melihat banyaknya BMKT di perairan Indonesia, Luhut mendorong dibentuknya tim untuk mengkaji mengkaji pemanfaatan BMKT, dengan melibatkan semua institusi terkait, khususnya Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Untuk Kemenpar, Luhut meminta untuk bisa dibuatkan story telling yang menarik seperti cerita Titanic atau Van Der Wijk.
“Primadona Indonesia ke depan adalah pariwisata! Untuk itu BMKT harus dimanfaatkan dan dipromosikan. Targetnya seperti keluarga dari prajurit Perang Dunia II yang ikut dalam kapal perang yang tenggelam tersebut,” ujar Luhut saat memimpin Rapat Kordinasi Kemaritiman perihal Penataan Alur Pelayaran di Jakarta, Selasa, 17 Oktober 2017.
Rakor diikuti oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Dalam rapat ini, Kemenpar ditugaskan untuk memilih BMKT mana saja yang bisa dijual mapun bisa menjadi cagar budaya.
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan potensi pemanfaatan BMKT sebagai obyek wisata dapat mencapai USD 800-126.000 per bulan per lokasi. “Kekayaan wisata bahari Indonesia harus terus digali. Potensi kita besar sekali, cuma kurang dipromosikan,” ucap Luhut.
Menteri Pariwisata Arief Yahya senadan Menko Luhut. Menurutnya, Indonesia merupakan bagian dari konektivitas dunia sejak masa lalu. Dan hal ini, menurut dia, harus dilestarikan. Dan yang lebih penting lagi, BMKT akan lebih mahal dijual jika berorientasi terhadap pelayanan, bukan lebih ke benda atau produknya. “Coral yang dilihat harganya lebih mahal daripada coral yang dijual, khususnya yang berada di bawah kedalaman 40 meter,” kata Menpar Arief Yahya.
Diperkirakan terdapat ratusan kapal tenggelam yang tersebar di sejumlah kawasan perairan seperti di Kepulauan Riau, Selat Karimata, dan Laut Jawa. Berbagai BMKT itu memiliki baik nilai ekonomi maupun nilai historis atau kesejahteraan tinggi, sehingga pemerintah juga berkomitmen untuk mengelolanya serta tidak menyerahkannya ke pihak lain. “BMKT adalah identitas bangsa,dan harus dikelola secara sustainable. Terlebih keindahan bawah laut yang memiliki dua pertiga coral di dunia itu memang world class semua,” ujarnya.
Hadirnya BMKT, sebut Menpar Arief dapat dijadikan alternatif bagi para penyelam dunia bisa datang ke Indonesia. Alasan pertama adalah nilai estetika. Sebuah kapal yang tenggelam akan menjadi tempat bagi tumbuhnya biota laut yang indah. Selain itu, kapalnya pun akan menjadi daya tarik sendiri, apabila muatannya berisi barang-barang antik bersejarah.
Daya tarik kedua adalah nilai sejarah dari kapal itu. Misalnya, kapal yang tenggelam akibat peperangan atau peristiwa perompakan yang kerap terjadi di masa lalu. “Dan spot selam Indonesia sudah dikenal dunia. Banyak award yang sudah diberikan ke Indonesia. Banyak juga yang secara periodik mengulas tentang kedahsyatan diving site di Indonesia,” ucap Arief Yahya.