Pemkab Lumajang untuk Ketiga Kalinya Gelar Loemadjang Djaman Doeloe
Untuk kali ketiga, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang kembali menggelar annual event Loemadjang Djaman Doeloe dari tanggal 9-12 Desember 2017 di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT), Lumajang, Jawa Timur.
As’ad, Bupati Lumajang saat dijumpai di lokasi pameran hari ini Senin, (12/12) mengatakan, jika pada awal penyelenggaraan masih mencari format dan bentuk, akan tetapi memasuki tahun ketiga penyelenggaraan, Loemadjang Djaman Doeloe sudah mulai terlihat sempurna bentuknya.
“Tahun pertama kita selenggarakan di alun alun dan masih mencari bentuk. Bagi anak sekarang, mungkin karena sudah terlalu Djadoel, tapi bagi mereka terlihat baru. Tahun kedua diselenggarakan disini (KWT) terus kita evaluasi, hingga tahun ketiga sudah mulai terlihat sempurna bentuknya ” ujar As’ad.
Di tahun ketiga ini, kata As’ad, semua orang ingin terlibat, terus berinovasi, dan banyak event yang dikerjasamakan dengan Loemadjang Djaman Doeloe seperti hari korpri dan kegiatan lainnya.
“Oleh karena lokasinya di dekat terminal Minak Koncar, saya ingin semua orang bisa melihat dan menyaksikan event ini. Artinya, melalui event ini setandar kinerja pemerintah kita sudah dihargai ditingkat provinsi dan nasional. Ini dibuktikan dengan wisatawan yang datang dari luar daerah Lumajang,” ungkap As’ad.
Selain itu, terang As’ad, ternyata event Loemadjang Djaman Doeloe ini pun mampu menggerakan perekonomian rakyat aliasnya ada nilai ekonomi. Ia pun menilai, melakui annual event ini pihaknya harus menjaga dan mempertahankannya.
Kedepannya, kita akan terus evaluasi terlebih dahulu sampai ketingkat provinsi terlebih dahulu, baru setelah itu ke tingkat nasional dengan menggandeng Kementerian Pariwisata. Yang patut diapresiasi, salah satu Kabupaten tetangga sudah mengikuti disini, dan anak muda (kekinian) pun terlihat larut dalam event ini.
Sementara itu, Deni Rohman, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, menyatakan, bahwa jumlah pengunjung yang datang di event Loemadjang Djaman Doeloe pun menunjukan grafik yang positif.
“Di awal tahun penyelenggaraan, tahun 2015 event Loemadjang Djaman Doeloe hanya 10 ribu pengunjung, tahun 2016 meningkat menjadi 47 ribu pengunjung. Dan tahun ini meningkat dua kalipat lebih yakni menjadi 100 ribu pengunjung,” ungkap Deni.
Perihal nikai ekonomis, Deni pun senada dengan dengan Bupati As’ad. Bahwa memang benar ada terjadinya pergerakan ekonomi di masyarakat. Ia mencontohkan, event ini mampu menggerakan pendapatan para toko dan penyewaan busana Djadoel.
“Jika dulu para toko dan jasa penyewaan baju Djadoel tidak dilirk, setelah ada event ini mereka laris manis diburu oleh para pengunjung dari usia anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua. Sebab setiap peserta diwajibkan mengenakan busana Djadoel. Kalau pengunjung hanya disarankan saja,” urai Deni.
Deni pun menerangkan, selama tiga hari berkeliling ke seluruh stand pameran ia mendapatkan informasi bahwa dalam sehari peserta pameran mengantongi penghasilan dari Rp2.5 – 5 juta sehari.
“Kalau dilihat dari indikatornya setiap pengunjung yang selalu meningkat dan ada transaksi, maka sudah pasti ada nikai ekonomis. Misal saja setiap pengunjung berbelanja minimal Rp10 ribu tinggal dikali dengan jumlah pengunjung maka akan diketahui nilai transaksinya,” rinci Deni.
Pada penyelenggaraan Loemadjang Djaman Doeloe diikuti sebanyak 60 stand dari 21 Kecamatan dan beberapa stand dari komunitas sepeda dan motor antik, permainan tradisional, jajanan ndeso, serta dua panggung besar untuk mengakomodir atraksi kesenian dan kebudayaan para peserta pameran.