Taman Budaya Pampang : Memahami Kehidupan Suku Dayak Kenyah
Taman Budaya Pampang adalah sebuah situs budaya yang layak untuk dikunjungi saat Anda berkunjung ke Kalimantan Timur. Suku Dayak Kenyah tinggal di daerah ini setelah bermigrasi tahun 1967 dari kampung halaman asli mereka di Apokayan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Mereka meninggalkan desa untuk tinggal di dekat daerah perkotaan, sehingga mereka bisa mendapatkan pendidikan dan mudah untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sehari-hari. Saat ini, tidak kurang dari 800 anggota masyarakat Dayak Kenyah tinggal di desa Pampang. Pentas kesenian Dayak Kenyah diadakan setiap hari Minggu pukul 2:00-03:00. Tidak ada acara yang diadakan selain hari Minggu. Biaya masuk sebesar Rp5.000,00 per orang.
Kalimantan Timur adalah sebuah provinsi yang unik. Meskipun Samarinda adalah ibu kotanya, namun pintu gerbang untuk masuk ke provinsi ini adalah melalui kota Balikpapan. Bandara utama provinsi ini adalah Sepinggan yang terletak di jalan Marsma Iswahyudi di Balikpapan. Dari Balikpapan, Anda bisa mengambil pesawat lokal dengan rute Balikpapan-Samarinda. Taman Budaya Pampang terletak di desa Pampang, Sungai Siring, Samarinda Utara kecamatan. Hanya sekitar 25 km dari Samarinda yang akan memakan waktu sekitar 30 sampai 45 menit. Jika Anda menggnakan kendaraan umum, Anda bisa pergi ke Pasar Segiri-Sungai Siring, di terminal Lempake di Samarinda.
Tujuan utama wisatawan yang mengunjungi Taman Budaya Pampang adalah untuk melihat seni pertunjukan yang dipentaskan oleh anak-anak, remaja dan orang dewasa Dayak Kenyah. Pengunjung juga dapat melakukan wisata desa dengan berjalan kaki, sebagian besar desa Pampang dihuni oleh masyarakat Dayak Kenyah. Dekat teater Rumah Lamin, terdapat galeri batik yang menjual berbagai jenis batik Kalimantan. Pampang adalah sebuah taman budaya yang menarik dimana Anda bisa memahami kehidupan suku Dayak Kenyah. Pengunjung bisa melihat tarian menarik yang dilakukan oleh anak-anak remaja dan orang dewasa suku ini. Acara ini dilakukan dalam Lamin atau rumah adat suku Dayak. Biasanya 8 tarian dilakukan dalam satu pertunjukan seperti tari nyelamai Sakai (tarian menyambut tamu), ajay (tarian perang), enggang terbang dan berburu (tarian berburu).
Sebagai suku yang masih menjunjung tinggi nilai Adat dan Kesenian, warga Pampang secara rutin mengadakan Atraksi seni budaya tarian tradisional, yang merupakan tradisi Suku Dayak Kenyah secara turun temurun. Menyaksikan tarian ini, anda akan serasa dibawa kedalam petualangan kehidupan Suka Kenyah di pedalaman hutan Kalimantan. Berbagai jenis atraksi akan ditampilkan antara lain : Tari Gong, Tari Perang, Tari pengusir Roh. Anda juga bisa menyaksikan secara langsung rahasia pemakaian senjata SUMPIT. Tak kalah menarik, diakhir acara anda bisa berfoto dengan ibu bertelinga Panjang, Para penari, atau gadis-gadis suku Kenyah yang dikenal cantik-cantik.
Perlu diketahui bahwa pertunjukan seni di Pampang hanya diadakan pada hari Minggu dari 14:00 sampai 15:00. Ketika Anda mengunjungi desa ini pada hari-hari lain (di luar jadwal acara) maka Anda tidak akan menemukan sesuatu yang istimewa karena masyarakat Dayak Kenyah sibuk melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Jika Anda ingin membeli suvenir, lebih baik datang satu jam sebelum pertunjukan. Masyarakat Dayak Kenyah biasanya membuka toko mereka mulai pukul 10:00 atau 11.00, setelah pertunjukan biasanya mereka akan menutup kios. Setelah pertunjukan Anda dapat berfoto dengan anak-anak atau remaja lokal dalam pakaian tradisional mereka.
Berdasarkan situs wikipedia, sekitar tahun 1960-an, Suku Dayak Apokayan dan Kenyah yang saat itu berdomisili di wilayah Kutai Barat dan Malinau, hijrah lantaran tak mau bergabung atau tak ingin ikut ke wilayah Malaysia dengan motif dan harapan taraf pendapatan atau ekonomi yang menjanjikan. Rasa nasionalisme mereka inilah yang membuat mereka memilih tetap bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka menempuh perjalanan dan berpindah-pindah selama bertahun-tahun, hanya dengan berjalan kaki. Untuk menyambung hidup, mereka singgah di tempat-tempat yang dilaluinya dan berladang. Kehidupan mereka terus berpindah-pindah untuk berladang.
Sehingga akhirnya mereka sampai di kawasan Pampang. Akhirnya mereka hidup di Desa Pampang dan melakukan berbagai kegiatan masyarakat, seperti bergotong-royong, merayakan natal, dan panen raya. Lalu, di bulan Juni 1991, Gubernur Kaltim HM Ardans mencanangkan dan meresmikan Desa Pampang sebagai Desa Budaya. Pemerintah merasa antusias bahwa desa budaya ini memiliki kegiatan positif yang bisa menjadi aset wisata unggulan baik di tingkat lokal bahkan hingga mancanegara. (arf)