Toya Bungkah, Berendam Air Panas di Kaki Gunung Batur

0

Toya Bungkah

Ingin menikmati sensasi mandi air panas dengan panorama pemandangan alam pegunungan sekitar yang memesona? Toya Bungkah adalah tempat yang tepat. Terletak di kaki Gunung Batur atau berada di sebelah Barat Danau Batur, Toya Bungkah memiliki pesona sendiri sebagai kawasan pemandian air panas sekaligus kawasan wisata alam di Bali. Secara administratif Toya Bungkah berada di Desa Pakraman Batur, Kintamani, Provinsi Bali. Nama Toya Bungkah secara harfiah berasal dari kata toyo artinya air dan bungkah berarti batu-batuan. Jadi, Toya Bungkah bermakna air dari Gunung Batur yang mengalir dari celah-celah bebatuan. Wisata andalan di Toya Bungkah adalah memang keberadaan sumber air panas alami yang selain baik untuk relasasi otot, juga dipercaya memiliki kandungan sulfur yang berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit.

Kolam air panas di Toya Bungkah ada dua, yaitu yang pertama ditata sesuai keadaan alam sekitarnya dan menjadi semacam pemandian umum warga sekitar. Kedua, adalah kolam air panas alam yang ditata dengan dibangunnya tembok atau pembatas dan biasanya jadi tempat yang dipilih wisatawan. Berendam di kolam air panas sangat baik untuk merelaksasi otot dan tubuh. Letak pemandian air panas yang berdekatan dengan Danau Batur ini memberikan bonus pemandangan yang memesona. Selain berendam air panas yang konon kandungan sulfurnya dapat berkhasiat menyembuhkan penyakit, ada banyak kegiatan menyenangkan lainnya yang dapat Anda temukan di sana. Kegiatan tersebut di antaranya adalah rekreasi menikmati keindahan alam sekitar, berkemah, dan mendaki Gunung Batur saat Matahari terbit di pagi hari.

Dari tahun ke tahun, kunjungan wisatawan baik lokal atau pun mancanegara ke kawasan ini kian meningkat. Toya Bungkah memang sudah dikelola sebagai kawasan destinasi wisata di kawasan Gunung Batur dan sekitarnya. Potensi wisata di kawasan berudara sejuk ini juga semakin menggeliat dengan didukung berdirinya beberapa hotel dan akomodasi yang memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Sebuah hotel bahkan menyediakan kolam renang air panas khusus yang bersumber dari Toya Bungkah dan menyediakan kawasan kemping dengan berbagai fasilitas pendukung kemping, termasuk api unggun. Toya Bungkah adalah salah satu tempat yang paling menarik untuk dikunjungi di kawasan Gunung Batur dan sekitarnya.

Berjarak sekira 78 km dari Denpasar atau sekira 2 jam perjalanan berkendara, panorama menuju Toya Bungkah sudah akan memanjakan mata. Pemandangan Gunung Batur, Danau Batur, atau tumpukan lahar yang mengeras berikut pepohonan dan kebun-kebun sayur yang terhampar di sepanjang jalan menuju Toya Bungkah adalah suguhan alam yang permai. Setelah lelah menempuh perjalanan, sumber mata air panas alam akan menyambut dan memanjakan Anda. Kenyamanan berendam di kolam sumber panas saja sudah akan membuat Anda relaks dan betah di Toya Bungkah. Kenyamanan itu pun ditambah dengan pemandangan alam yang indah dan hawa pegunungan yang sejuk.

Mengingat kawasan ini adalah juga kawasan singgah sebelum mendaki Gunung Batur dan sekaligus salah satu destinasi wisata andalan di Bali, terdapat banyak akomodasi untuk kepentingan wisatawan. Resort dan spa, hotel, bumi perkemahan, restoran, warung-warung penjual makanan dan minuman, kolam renang, café, dan area parkir yang luas tersedia di sana. Di Toya Bungkah terdapat sebuah balai seni, yaitu Balai Seni Toya Bungkah yang didirikan oleh Sutan Takdir Alisjahbana sejak tahun 1971. Alisjahbana adalah seorang novelis, filsuf, dan pelukis yang juga dikenal sebagai Bapak Bahasa Indonesia mengingat jasanya ikut mengembangkan dan menentukan teknis ejaan baku Bahasa Indonesia. Balai seni ini memiliki sanggar tari, ruang atau galeri, bungalow, taman yang indah, dan amphitheater. Di balai seni ini, kadang-kadang diadakan pertunjukkan seni seperti pentas tari atau wayang kulit yang tentu saja dapat Anda saksikan.

Toya Bungkah juga berdekatan dengan Desa Kedisan, yaitu sekira 6 kilometer. Dari Kedisan, Anda dapat menyeberangi Danau Batur menggunakan perahu yang disewakan ke sebuah desa Bali Aga tersohor, yaitu Desa Trunyan. Desa ini terkenal karena memiliki cara yang berbeda dalam mengubur mayat kerabat yang telah meninggal dunia. Berbeda dengan kebanyakan orang Bali yang melakukan kremasi atau ngaben, masyarakat Desa Trunyan menyimpan mayat di sebuah batu besar yang memiliki cekungan 7 buah. Kemudian, jenazah tersebut hanya dipagari anyaman bambu atau daun secukupnya. Meski tidak dikubur, mayat-mayat yang diletakkan begitu saja tersebut sama sekali tidak mengeluarkan bau. Konon ini dikarenakan terdapatnya sebuah pohon yang bernama Taru Menyan, sejenis pohon yang mengeluarkan wangi yang dapat menetralisir bau mayat yang membusuk.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *