40 Siswa dari 36 Negara Rame-rame Kampanyekan Wonderful Indonesia
Story telling ternyata menjadi kegiatan yang efektif dalam mengkampanyekan suatu produk termasuk pariwisata. Hal inilah yang dilakukan ratusan siswa dalam mengkampanyekan Wonderful Indonesia di Grand Maerokoco Semarang, Jawa Tengah. Yang menarikan dari ratusan siswa itu ada 40 siswa dari 36 negara yang ikut dalam kegiatan ini.
“Pariwisata Indonesia itu sangat menarik bagi siswa-siswa asing. Itu sebabnya kami create Semarang LIA International Competition and Exhibition (SLICE). Semua kami ajak bercerita tentang destinasi wisata Indonesia,” terang Selestin Zainuddin, Direktur Lembaga Bahasa LIA Jakarta, Minggu, 17 Desember 2017.
Mereka memaparkan destinasi wisata dengan begitu lancar dan dikemas dengan sangat keren. Apalagi dalam paparannya dibantu dengan slide yang canggih sehingga menghasilan foto-foto destinasi yang indah. Bahkan Selestin menyebut papara para siswa ini tak kalah dengan paparan para CEO.
. “Semuanya berlomba-lomba mempresentasikan yang terbaik. Khusus siswa asing, lima pemenang terbaik kami berikan paket travelling ke 10 destinasi prioritas,” tambahnya.
Destinasi yang dipaparkan yakni 10 destinasi prioritas, terdiri dari Borobudur, Danau Toba, Bromo Tengger Semeru, Pulau Komodo, Pulau Seribu, Tanjung Kelayang, Mandalika, Wakatobi, Morotai dan Tanjung Lesung. “Semuanya excited. Experience tadi sampai ikut di-posting ke akun media sosial masing-masing. Gayanya sudah sangat milenial,” katanya.
Bagi siswa yang kalah dalam paparan ini, tidak menunjukan rasa kecewanya bahkan mereka tetap bahagia, karena Minggu malanya, 17 Desember 2017, para siswa diajak menikmati malam budaya di Kuil Sam Poo Kong.
Kisah Laksamana Cheng Ho, culture khas Semarang hingga bangunan megah yang dibalut kepulan asap dupa dan bau hio, disuguhkan untuk para siswa. Alhasil rasa senang dan puas tidak dapat mereka sembunyikan saat bersafari di Semarang.. “Kami ajak mereka merasakan langsung kekayaan budaya di Semarang,” ujarnya.
Bangunan yang terkenal dengan mitos angker, yakni Lawang Sewu juga ikut menjamu para siswa.Bangunan artistik yang pernah dikunjungi istri Perdana Menteri Singapura, Ho Ching itu juga tak henti-hentinya dijadikan ajang selfie siswa asing.
Tak ketinggalan kuliner top di Semarang juga diikuti para siswa. sebut ada ada Lumpia, wingko babat, mie jowo, tahu gimbal, soto bangkong, hingga nasi goreng, yang menjadi menu wajib yang tak boleh dihilangkan. “Yang paling mereka suka adalah nasi goreng. Rasa-rasanya sih nggak berlebihan ya. Nasi goreng Indonesia kan makanan terlezat nomor dua dunia 2017 versi CNN,” kata Selestin.
Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti ikutan sumringah. Apalagi, testimoninya sangat mengangkat citra pariwisata Indonesia. “Setelah kembali ke negaranya, Mereka akan menjadi tangan kedua kita untuk mempromosikan pariwisata indonesia atau dengan kata lain Duta Wisata,” ujar Esthy.
Asisten Deputi Pengembangan SDM Aparatur Riwud Mujirahayu juga seirama. Baginya, ini adalah cara promosi yang kreatif dan sangat efektif. Dari mulai bangunan tua di Kota Lama, Lawang Sewu hingga Klenteng Sam Poo Kong, semuanya langsung terekam di memori masing-masing peserta. Dan semuanya langsung dipromosikan dengan gaya kids jaman now yang sedang trend.
“Acaranya bagus banget, story telling keren, presentasinya bagus dan semuanya kompak mengangkat gadget untuk meng-capture semua rangkaian acara. Santai, tapi tetap serius. Saya percaya, imajinasi dan aksi nyata seperti ini bisa merubah dunia,” ucapnya.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya juga sependapat. Even yang di create degan gaya kreatif seperti SLICE 2017 dinilai punya karakter yang sangat khas. “Saat even berlangsung, peserta masih explore sambil merasakan sensasi di destinasi wisata Semarang. Kalau mereka happy, repeater yang datang kembali untuk wisata. Jadi even seperti SLICE sangat berpotensi untuk mempromosikan pariwisata Indonesia,” kata Menpar