Ada Enam Poin Kesepakatan, Hasil Dari Pertemuan Delegasi Olahraga se-ASEAN
Sejumlah delegasi olahraga dari negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) menggelar pertemuan yang bertajuk the 9th ASEAN Senior Officials Meeting on Sports (SOMS–9) di Manila, Filipina, Senin (7/10/2019).
Indonesia yang merupakan salah satu anggota turut mengirimkan delegasinya. Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sesmenpora Gatot S Dewa Broto ditemani Asdep Pembibitan dan Iptek Olahraga dan beberapa pejabat lainnya.
Pertemuan ini akan berlangsung hingga tanggal 8 Oktober 2019, dan kemudian berlanjut pada tanggal 9 Oktober 2019 untuk tingkat the 5th ASEAN Ministerial Meeting (AMMS-5) yang akan diselenggarakan di Manila juga.
Dalam pertemuan tersebut, membahas berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan olahraga, mulai dari jatah Asia untuk menggelar Piala Dunia, perkembangan eSport hingga mendorong cabang olahraga tradisional untuk dipertandingkan di event internasional seperti Olimpiade.
Total, ada enam poin penting kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan tersebut. Berikut, isi poin kesepakatan yang diterima :
1. Meskipun Indonesia melalui PSSI sudah mengusulkan diri bersama Australia untuk mencalonkan diri menjadi salah satu co-host untuk Piala Dunia FIFA tahun 2034, namun demikian ASEAN saling mengingatkan diri bersama, bahwa the Chairman’s Statement of the 34th ASEAN Summit on the development of a joint bid to host the FIFA World Cup sudah menyatakan tentang kebersamaan ASEAN untuk tetap mencalonkan diri bagi bidding tersebut. Sebelum pembahasan tersebut, Delegasi Indonesia telah berkonsultasi dengan PSSI, yang intinya untuk dilakukan pembahasan bersama antara AFC, AFF dan Sekretariat ASEAN.
2. Seluruh negara ASEAN mendukung sepenuhnya inisiatif Malaysia untuk membentuk Federasi eSport Asia Tenggara, atas dasar pertimbangan, bahwa perkembangan eSport kini telah menunjukkan indikasi yang signifikan di banyak negara, termasuk juga karena saat Asian Games 2018 telah mempertandingkan eSport meski masih sebatas eksibisi, dan kemudian akan dipertandingkannya eSport sebagai salah satu cabang olahraga pada saat SEA Games 2019 di Filipina.
3. Mengingat masing-masing negara ASEAN memiliki hari olahraga nasionalnya sendiri-sendiri (seperti Hari Olahraga Nasional tanggal 9 September), maka rencana penyelenggaraan ASEAN Sport Day sebaiknya cukup menjadi bagian dari ASEAN Day yang selalu diperingati di setiap tanggal 8 Agustus di seluruh negara ASEAN dengan kegiatannya jika di Indonesia oleh Kemenpora dan Kementerian Kesehatan di antaranya dalam bentuk ASEAN Car Free Day ataupun kegiatan olahraga dan lainnya yang tujuannya mendorong adanya perbaikan life style masyarakat yang kini cenderung kurang berorientasi pada kesehatan secara proporsional.
4. Ada gagasan untuk membentuk ASEAN Center of Excellence on Sport Management and Training. Meskipun gagasan itu bagus, tetapi tidak bisa sepenuhnya diterima, terkecuali dalam bentuk ASEAN Coaching Activities pada pembinaan pelatih-pelatih untuk cabang-cabang olahraga tertentu yang khusus menangani talenta atlet-atlet muda. Misalnya, Indonesia unggul di bulutangkis bisa dijadikan rujukan untuk mengadakan coaching kllinik bagi para pelatih yang dikirimkan dari negara-negara ASEAN lainnya sesuai dengan anggaran masing-masing. Dan demikian pula dengan keunggulan negara-negara ASEAN lainnya.
5. Sejumlah action plan yang harus ditindak lanjuti dari SOMS dan AMMS pada kenyataannya memerlukan anggaran, terkecuali yang ditanggung oleh negara yang mengambil inisiatif kegiatannya. Namun ketika membahas masalah ASEAN Sports Fund, ternyata belum ada kata sepakat, karena masing-masing negara harus berkonsultasi dengan Kementerian Keuangan masing-masing. Sebagai informasi perbandingan, pada sektor-sektor lain dalam lingkup kerjasama ASEAN, sudah banyak juga yang sudah memiliki ASEAN Fund. Masalah ini sedang dikaji untuk kemudian dibahas kembali sesuai prasyarat dan kondisinya.
6. Pembahasan mengenai masalah kebutuhan ASEAN untuk lebih fokus pada cabang-cabang olahraga tradisional yang menjadi andalan seperti Pencak Silat, Sepak Takraw dan Muathai, agar didorong menjadi cabang olahraga unggulan untuk Asian Games dan juga mungkin Olimpiade, meskipun jalan menuju target tersebut sangat berat. Namun demikian, pembahasan kemudian berkembang menjadi agenda pembahasan masalah cabang-cabang olahraga yang seharusnya dipertandingkan pada SEA Games (terkecuali untuk SEA Games 2019 di Filipina yang sudah disepakati bersama).
Seluruh negara ASEAN sepakat untuk berkoordinasi dengan masing-masing NOC (National Olympic Committee) agar pada SEA Games berikutnya hanya konsisten mempertandingkan cabang-cabang olahraga (berikut konsisten dengan nomer pertandingannya) yang berbasis Olimpiade dan untuk itu perlu mengamandemen SEA Games Federation Charter tertentu. Seandainya pun ada penambahan cabang olahraga bagi tuan rumah, itu masih dimungkinkan sejauh sangat terbatas jumlahnya dan harus dibicarakan bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Itu dia 6 poin kesepakatan yang lahir dari pertemuan Delegasi olahraga se-ASEAN di Manila. Semoga dengan lahirnya poin-poin tersebut perkembangan olahraga di Indonesia semakin membaik.