BKPM Akan Perkuat Investasi Dari Timur Tengah dan Rusia
Realisasi Investasi Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada kuaratal III tahun 2017 saja realisasi investasi telah mencapai Rp 513,2 triliun, atau sudah 75,6% target yang ditetapkan untuk tahun 2017 yakni sebesar Rp 678,8 triliun. Meski tinggal sekitar 24,4 % lagi yang akan dicapai, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tidak akan mengendorkan semangatnya untuk membidik para investor menanamkan modalnya di Indonesia.
Kali ini BKPM akan memfokuskan untuk menarik investor dari negara-negara Timur Tengah dan Rusia. Sesuai pesan Presiden Jokowi BKPM untuk lebih meningkatkan investasi di sektor non tradisional.
Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan untuk kawasan Timur Tengah, BKPM telah mengamati kawasan tersebut. Pada umumkan kawasan Timur Tengah berkembang secara dinamis dan signifikan. Bahkan Negara-negara yang mayoritas islam itu memiliki peluang untuk mengimbangi nilai investasi dari sejumlah negara maju, yang selama ini menanam dana besar di Indonesia, seperti Singapura, Jepang, Amerika dan Cina.
“Sementara ini yang akan digarap adalah Timur Tengah. Setelah ada kunjungan dari Uni Emirat Arab ke Jakarta pun, diharapkan kerja sama ini dapat menjadi produktif serta mampu mereformasi perekonomian dan keadaan sosial,” kata Thomas saat jumpa pers di kantornya pada Senin
Sementara untuk Rusia, Thomas menyebutkan Indonesia telah menyepakati imbal dagang dengan Rusia. Menurut rencana, pemerintah Indonesia akan melakukan barter antara hasil kekayaan Indonesia, seperti karet dan kelapa sawit, dengan pesawat tempur sukhoi buatan Rusia senilai 1.145 miliar dollar AS.
Kendati perjanjian imbal dagang itu dilakukan oleh Kementerian Pertahanan yang bersinergi dengan Kementerian Perdagangan, maka Thomas mengatakan kalau kesepakatannya pun didasarkan pada Undang-Undang (UU) Industri Pertahanan.
Sesuai dengan UU tersebut, sebanyak 85 persen dari 1.145 miliar dollar AS harus kembali ke Indonesia melalui perdagangan, ekspor, dan investasi yang masuk. Pemerintah pun merancang skema apabila 50 persen dari nilai diperuntukkan bagi kesepakatan imbal dagang, sementara 35 persen sisanya untuk kontrak investasi.
“Rusia bakal investasi ke Indonesia. Salah satunya untuk bangun pabrik suku cadang, seperti komponen-komponen untuk industri perawatan menyeluruh,” ujar Thomas.
Lebih lanjut, Thomas menyebutkan pemerintah saat ini tidak lagi mengejar kuantitas investasi melainkan kualitas. Meski ada tekanan dari persaingan dengan sejumlah negara tetangga, namun Thomas mengklaim kuantitas realisasi investasi di Indonesia masih sesuai rencana.
Dengan kualitas investasi yang bertumbuh, dia berharap penyerapan tenaga kerja Indonesia oleh sektor industri akan semakin besar.
“Investasi memungkinkan tenaga kerja kita naik kelas. Itu dapat meningkatkan produktivitas dari pekerja kita, sehingga tingkat konsumsinya juga dapat naik,” ungkap Thomas.