Cerita Fenomena Perayaan Peh Cun Dari Pantai Parai Tenggiri

Pernahkah anda mendirikan telur. Anda pasti akan kesulitan untuk mendirikan telur karena gaya grativikasi bumi yang tidak mendukung. Namun anda akan mudah mendirikan telur jika dilakukan pada setiap tanggal 5 bulan 5 sesuai penanggalan kalender imlek tepat pukul 12 siang. Mendirikan telur pada tanggal 5 bulan 5, atau menurut kalender masehi terjadi pada tanggal 30 Mei 2017 itu, dikenal oleh warga keturunan Tioghoa sebagai tradisi budaya untuk memperingati hari Bacang atau yang disebut dengan Perayaan Peh Cun. Menurut tradisi orang Tionghoa, Peh Cun termasuk salah satu dari tiga hari besar orang Tionghoa selain hari raya Imlek dan hari raya Tiong Jiu (kue bulan).
Fenomena telur bisa berdiri ini terjadi karena matahari sedang memancarkan cahaya paling kuat. Di saat matahari sedang memancarkan cahaya yang paling kuat, gaya gravitasi bumi juga menjadi terlemah di sepanjang tahun. Sambil memancarkan cahaya yang paling kuat, posisi matahari juga bergerak ke posisi teristimewa yakni tepat berada di atas khatulistiwa. Dari fenomena alam itulah telur mentah dapat mudah didirikan, seperti yang terjadi di Pantai Parai Tenggiri atau pantai yang menjadi kawasan Parai Beach Resort & Spa – Bangka. Di lokasi ini beberapa telur mentah dapat berdiri tegak diatas putihnya pasir Pantai Parai Tenggiri.
Selain mendirikan telur, fenomena alam lain yang terjadi saat perayaan Peh Cun adalah surutnya air laut. Saat masuk perayaan Peh Cun ini, Air laut akan mencapai surut terjauh dari garis pantai, seperti yang terjadi di Pantai Parai Tenggiri. Saat air laut surut , bebatuan yang dikenal khas batu granit di Pantai Parai Tenggiri ini terexpose sangat indah sekali, cocok banget bagi pecinta selfie, atau fotografer, traveler ataupun para pecinta keindahan alam.
Tidak hanya fenomena alam namun di hari Bacang atau Peh Cun ini juga ada tradisi membuat dan memakan kue Bacang . Tradisi makan Bacang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun. Berdasarkan catatan sejarah, pada zaman Qun Chiu (Tahun 722 – 481 S.M.), menggunakan daun untuk membungkus beras dijadikan berbentuk tanduk sapi juga ada yang menggunakan tabung bambu diisi beras ditutup rapat dan dipanggang sampai matang, disebut “Bacang Tabung” sebagian orang menyebut kue cung.yl
Ini boleh dibilang adalah cikal bakal Bacang dan bentuk Bacang sebenarnya juga bermacam-macam. Di Taiwan, di zaman akhir Dinasti Ming, bentuk bakcang yang dibawa oleh pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi Bacang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging. Ada yang isinya sayur-sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi yang kemudian dimakan bersama serikaya dan gula manis.
Kue Bacang yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan daun serta di masak secara matang, memiliki aroma yang khas dan unik.. Menurut orang Tionghoa, kue Bacang dipercaya memiliki banyak manfaat untuk kesehatan diantara dapat menetralisir panas dalam , dapat menurunkan sifat api di dalam tubuh dan sehat untuk pencernaan. Tidak salah jika banyak orang yang mencari kue Bacang saat perayaan Peh Cun. karena kelezatannya. Apalagi makan kue Bacang tambah sempurna, jika dimakan sambil menikmati indahnya Pantai Parai Tenggiri. Bagimana menarik bukan perayaan Peh Cun di Pantai Parai Tenggiri . Jangan lupa untuk nantikan Perayaan Peh Cun di tahun berikutnya.