Desa tradisional Wingkang Ranu, Desa penghasil kerajinan patung dari kayu
Inilah desa wisata yang disebut-sebut sebagai tempat ideal untuk menikmati panorama sekitar Danau Batur dengan latar Gunung Batur yang megah dari dekat. Apabila Penelokan menawarkan pesona alam Batur dari tempat yang lebih tinggi maka Desa Kedisan menyuguhkan keindahan alam Batur dari sudut yang berbeda yang tentunya tak kalah indah. Kedisan tepatnya terletak di kawasan wisata Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.5
Desa Kedisan adalah salah satu dari 15 desa di Kecamatan Kintamani yang disebut sebagai Wingkang Ranu. Kedisan berada di tepi Danau Batur dan merupakan daerah pegunungan berelief kasar dengan kemiringan lereng antara 30 – 70%. Kedisan juga dikenal sebagai daerah yang subur karena lahannya bercampur abu vulkanik Gunung Batur. Karenanya tak heran apabila kawasan yang memiliki banyak lahan pertanian ini dihuni oleh penduduk yang profesinya adalah petani. Beberapa komoditi khas kawasan ini meliputi bawang merah, kubis, cabe, tomat, dan lainnya. Potensi kekayaan Danau Batur juga mengundang sejumlah penduduk berprofesi sebagai nelayan. Ikan air tawar yang banyak terdapat di Danau Batur diantaranya adalah mujair dan nila.
Ciri khas lain dari desa yang namanya tersebut di plat tembaga berangka abad ke-11 yang di temukan di Desa Trunyan ini adalah terdapatnya dermaga yang menjadi titik tolak untuk berpesiar dengan perahu di Danau Batur atau untuk menyeberang ke Desa Trunyan yang dikenal karena makam tradisionalnya. Di tepian dermaga, nampak perahu-perahu kecil tertambat dan berbaris rapi. Pemandangan Gunung Batur dan Danau Batur yang bentuknya serupa bulan sabit dipadu dengan alam pegunungan tropis yang hijau serta udara yang sejuk menjadikan Desa Kedisan sebagai tempat yang layak dikunjungi selama berada di Kintamani atau Bali. Selain itu, terdapat sebuah restoran apung di desa ini yang langsung terentang ke Danau Batur. Saat berada di restoran ini, bersiaplah menikmati pemandangan alam Batur yang megah, udara pegunungan yang sejuk, ayunan arus danau, serta makanan lezat yang berkolaborasi menciptakan suasana romantis dan eksotis yang mengesankan.
Sebagai desa wisata, Kedisan mengandalkan potensi kekayaan dan keindahan alam dan udara pegunungannya yang hijau dan sejuk. Danau Batur sendiri merupakan danau terbesar di Bali dan berada di kawah Gunung Batur. Tempat ini dapat dicapai melalui Desa Kedisan. Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan selama berada di kawasan Kedisan, diantaranya adalah trekking, mengarungi Danau Batur, bersepeda mengelilingi danau yang berpanorama indah, dan lain sebagainya. Mengingat letaknya yang berada di kaki Gunung Batur, desa ini dapat dijadikan tempat singgah sebelum mendaki puncak Batur. Desa ini juga hanya berjarak sekira 6 kilometer dengan Toya Bungkah yang juga biasa dijadikan sebagai titik pendakian Gunung Batur. Toya Bungkah juga terkenal karena memiliki pemandian sumber mata air panas yang dapat merelaksasi otot dan dipercaya berkhasiat untuk kesehatan kulit. Desa Kedisan terletak tak jauh dari (di bawah) Penelokan yang disebut-sebut sebagai tempat melihat keindahan Batur dari tempat yang lebih tinggi.
Desa Kedisan juga merupakan salah satu desa penghasil kerajinan patung dari kayu. Anda dapat menemukannya di Banjar Bayad, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Berbagai jenis patung seperti patung Buddha, patung binatang seperti kucing, gajah dan lainnya dipahat para pengrajin dari Belalu Bali (albesia). Saat mengunjungi kawasan pengrajin kayu ini, Anda dapat langsung menyaksikan proses pembuatannya, mulai dari pemilihan kayu, proses mengukir, pengecatan, hingga tahap penyelesaian akhir pembuatan patung. Selain patung, para pengrajin juga membuat kerajinan mozaik yang berbahan dasar kaca.
Kerajinan patung di Desa Kedisan sudah ada sejak 1970-an. Masyarakat pelestari Kesenian Gambuh juga berada dan bernaung di bawah naungan Desa Adat Kedisan. Kesenian Gambuh adalah sejenis kesenian tari yang melibatkan sejumlah penari dan pemain gamelan yang perlu dilestarikan. Masyarakat pelestari kesenian ini terkumpul dalam sebuah organisasi (sekaa) yang bernama Sekaa Gambuh Kaga Wana Giri. Kaga Wana Giri memiliki arti burung yang terdapat di sebuah gunung yang berhutan. Nama kaga adalah sama artinya dengan kedis, yaitu nama burung yang merupakan nama dari Desa Kedisan. Wana adalah alas (hutan), semetaran giri adalah gunung. (arf)