Erick Thohir: PSSI Tak Mau Tergesa dalam Menentukan Pelatih Baru Timnas

Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan bahwa proses pencarian pelatih baru Tim Nasional Indonesia akan dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan perencanaan matang. Menurutnya, keputusan strategis seperti ini tidak boleh diambil tergesa-gesa karena menyangkut arah besar pembangunan sepak bola nasional.
Berbicara dalam jumpa pers di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Jumat (24/10/2025), Erick menekankan pentingnya menimbang setiap aspek, mulai dari rekam jejak calon pelatih, filosofi permainan, hingga kesesuaian dengan rencana jangka panjang federasi.
“Mencari pelatih timnas itu tidak mudah dan tidak bisa buru-buru. Ada banyak faktor yang harus kami pertimbangkan. Saya tidak mau langkah ini justru kontraproduktif terhadap kemajuan sepak bola nasional,” ujar Erick.
Erick menegaskan bahwa dirinya terbuka terhadap berbagai masukan dari masyarakat dan pemerhati sepak bola. Namun ia mengingatkan agar publik tidak mudah percaya pada informasi yang belum terverifikasi.
Salah satu isu yang sempat beredar adalah rumor mengenai pelatih asal Belanda, Luis van Gaal, yang disebut-sebut masuk dalam radar PSSI. Erick menampik kabar tersebut dan menyebutnya sebagai hoaks.
“Saya sangat terbuka terhadap informasi dan saran, tapi jangan menyebarkan opini atau spekulasi yang tidak berdasar. Misalnya soal Luis van Gaal—itu tidak benar. Hal-hal seperti itu justru membuat situasi jadi tidak sehat,” tegas Erick.
Lebih lanjut, Erick menjelaskan bahwa proses pencarian pelatih dilakukan secara terstruktur melalui koordinasi dengan Sekjen PSSI Soemardji, Badan Tim Nasional (BTN), dan Direktur Teknik Alexander Zwiers.
BTN bersama Direktur Teknik akan menyusun daftar kandidat pelatih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil tersebut akan diserahkan kepada Erick untuk kemudian dibahas bersama Komite Eksekutif (Exco) PSSI sebelum keputusan akhir diambil.
“BTN dan Direktur Teknik akan melakukan proses pencarian dan menyusun daftar calon pelatih. Setelah itu, mereka melaporkan hasilnya kepada saya, dan kemudian kita bahas bersama Exco untuk memutuskan,” jelas Erick.
Erick menyebut pengalaman bekerja dengan dua pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong (STY) dan Patrick Kluivert (PK), menjadi bahan evaluasi penting. Menurutnya, setiap periode kepelatihan membawa pelajaran berharga untuk memperbaiki sistem yang ada.
“Kekurangan dan kelebihan STY dan PK kita jadikan bahan evaluasi. Keduanya sudah menjadi bagian dari sejarah yang kita pelajari agar ke depan bisa lebih baik,” ujar Erick.
Ia menilai, penting bagi PSSI untuk menemukan pelatih yang tidak hanya mampu membawa hasil instan, tetapi juga memahami struktur pembinaan berjenjang yang kini tengah dikembangkan federasi.
Erick menegaskan bahwa PSSI kini telah memiliki blueprint pengembangan sepak bola nasional yang terintegrasi dari tingkat U-20, U-23 hingga tim senior. Karena itu, pelatih baru yang dipilih nanti harus sejalan dengan sistem pembinaan tersebut dan mampu memastikan kesinambungan antar level usia.
“Tidak mudah mencari pelatih yang cocok dengan struktur pembinaan nasional yang kita rancang. Kita ingin sosok pelatih yang bisa membina pemain dari U-20, U-23 sampai tim senior secara berkesinambungan,” katanya.
Erick juga mengakui bahwa masa kepelatihan Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert memiliki dinamika tersendiri. Federasi, kata dia, sudah berusaha memberikan dukungan maksimal kepada kedua pelatih tersebut. Namun, dalam sepak bola, hasil tetap menjadi ukuran utama yang harus dipertanggungjawabkan.
“Sepak bola itu punya naik-turun. Ada hasil yang memuaskan, ada juga yang tidak sesuai harapan. Tapi saya sudah bersikap gentleman, meminta maaf kepada Presiden Prabowo dan masyarakat setelah kegagalan di babak kualifikasi,” ungkap Erick.
Ia menegaskan, PSSI kini lebih berhati-hati agar kesalahan masa lalu tidak terulang. Penunjukan pelatih baru bukan sekadar keputusan teknis, melainkan bagian dari rencana jangka panjang untuk membawa Indonesia menjadi kekuatan sepak bola Asia.
Dengan langkah yang lebih matang dan koordinatif, PSSI bertekad mencari pelatih yang bukan hanya memiliki reputasi internasional, tetapi juga komitmen terhadap pembinaan jangka panjang. Erick memastikan, tidak akan ada keputusan tergesa-gesa demi kepentingan jangka pendek.
“Kami ingin memastikan semua aspek dikaji secara menyeluruh. Bukan hanya nama besar, tapi juga kemampuan beradaptasi dengan budaya sepak bola Indonesia,” tutup Erick.
Dengan demikian, proses seleksi pelatih Timnas kali ini diharapkan menjadi momentum penting menuju pembangunan sepak bola nasional yang lebih profesional, terencana, dan berkelanjutan.

