Momen Bersejarah, PSMTI Luncurkan Buku “Sejarah Orang Tionghoa di Nusantara” Saat Perayaan HUT ke-25

0

Sebuah momen bersejarah tercatat dalam acara perayaan HUT ke-25 PSMTI yang dilangsungkan di Museum Hakka Indonesia yang berada di Kawasan Taman Budaya Tionghoa Indonesia, TMII, Senin (02/10/2023).  Momen tersebut berupa diluncurkannya  sebuah buku berjudul

Buku ini ditulis oleh tim penulis yang terdiri dari  32  sejarawan dan akademisi .   Dari jumlah penulis tersebut, 4 diantaranya merupakan Profesor, 13 Doktor Sejarah dan 15 Magister Sejarah. Tim ini diketuai oleh Prof Nina Herlina (Pakar sejarah politik sosial budaya Universitas Padjadjaran).

Peluncuran ditandai dengan beda buku yang disampaikan langsung Prof Nina dan dipandu oleh Joan Angelina (First runner up Miss Chinese World 2023).

Buku “Sejarah Orang Tionghoa di Nusantara” memaparkan perjalanan panjang Orang Tionghoa yang telah berkontribusi besar dalam berbagai bidang seperti perdagangan, budaya, seni, dan politik di wilayah Nusantara.

Buku setebal 432 halaman memiliki 24 Bab dan 5 tema, yakni tema pertama mengulas awal kedatangan orang tua Tionghoa di Nusantara. Tema kedua menceritakan dinamika politik, tema ketiga membahas tentang masalah ekonomi, tema keempat  tentang sosial budaya dan tema kelima mengangkat tokoh-tokoh  terkemuka  di Indonesia sepanjang 1.500 tahun.

Prof Nina mengatakan buku ini, menjadi  tonggak penting dalam pemahaman sejarah Orang Tionghoa di Indonesia Diharapkan  buku ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perjalanan Orang Tionghoa di Nusantara dan suku Tionghoa  telah menjadi bagian integral dari sejarah Indonesia.

Prof Nina menjelaskan  jati diri suku Tionghoa sebagai anak bangsa sudah ada sejak awal abad 20. Di abad tersebut, suku Tionghoa sudah mendirikan Partai Politik yang diberi nama Partai Tionghoa Indonesia  pada tahun 1932. Tak hanya partai, namun suku Tionghoa juga ada yang  membangun sekolah, pasar, surat kabar dan lain-lain. Oleh karena itu, suku Tionghoa zaman dahulu tidak hanya fokus berdagang namun sudah  berkontribusi membangun Nusantara.

“Ada  tokoh-tokoh seperti Liem Koen Hian, orang Banjarmasin yang berjasa di Surabaya. Ada Yap Tjwan Bing, itu orang Solo yang luar biasa masuk jadi anggota PPKI, yang memperjuangkan Kemerdekaan. Dan jangan lupa di sini ada pendiri PSMTI yaitu Bapak Tedi Yusuf. Ia seorang Tionghoa yang dapat bintang 1 Brigjen. Dalam sejarah tercatat 8 orang Tionghoa yang dipakai bintang di pundaknya,” kata Prof Nina.

Prof Nina menegaskan  buku ini bukan pesanan dari PSMTI maupun dari  pihak manapun. Lahirnya buku ini murni  gagasan dirinya,  yang saat itu sedang berkunjung ke museum kebudayaan Tionghoa di Kota Bandung pada tahun 20 Juni 2022.  

Di saat melihat museum tersebut, Prof Nina memiliki keinginan untuk menulis Buku perjalanan Suku Tionghoa di Jawa Barat, namun Prof Nina dipertemukan oleh pimpinan Museum Djoni Toat  yang saat itu  mengetahui  keinginan Prof Nina menulis buku.  Lantas Djoni Toat menyarankan kepada Prof Nina, alangkah baiknya untuk membuat buku perjalanan Suku Tionghoa  di Indonesia.

“Saya pikir ini gagasan yang hebat karena apa Pak Doktor Djoni tidak etnosentris,  mentang-mentang dia di Jawa Barat buku itu hanya untuk Jawa Barat.  Tapi beliau itu memiliki visi nasional. Saya kenal beliau seorang lawyer ya punya perhatian besar terhadap sejarah anak bangsanya,” terang Prof Nina.

Syaratnya  satu jangan ikut campur isinya karena kami sejarawan dan akademisi harus independen Jadi tidak boleh misalkan masukkan ini Pak Ketum nih atau masukkan Pak Djoni itu tidak boleh. Jadi murni buku ini karya akademis dan bukan pesanan PSMTI  juga bukan pesanan Bapak Doktor Djoni,” tegas Prof Nina.

Setelah diluncurkan, buku ini  akan didistribusikan ke seluruh daerah di Indonesia, melalui bantuan dari PSMTI di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *