Pameran Kaligrafi dan Perayaan HUT ke-12 Indonesia Calligraphy and Painting Institute Meriahkan Kemerdekaan RI ke-79

0

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, Indonesia Calligraphers Association (Persatuan Kaligrafi Indonesia) bekerja sama dengan Indonesia Calligraphy and Painting Institute dan Confucius Institute Universitas Al-Azhar Indonesia menggelar pameran kaligrafi dan lukisan.

Pameran seni lukis huruf Hanzi ini, diselenggarakan selama dua hari, pada 17 dan 18 Agustus 2024, bertempat di PT Sinde Budi Sentosa, Landmark Pluit, Tower E1 lantai 5, Jakarta Utara. Acara ini menjadi momen penting dalam perayaan kemerdekaan, sekaligus upaya untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Tiongkok melalui kaligrafi dan seni lukis.

Pameran dibuka secara resmi, pada Sabtu (17/08/2024) melalui prosesi pengguntingan pita, yang dilakukan oleh beberapa tokoh penting, di antaranya  Ketua Umum Persatuan Kaligrafi Indonesia, Steve Yenadhira; Direktur Indonesia Calligraphy and Painting Institute, Lenny Ferry Foe; Penasehat Persatuan Kaligrafi Indonesia, Didi Darwis; dan Ketua Confucius Institute Universitas Al-Azhar Indonesia, Wang Daxin.

Mengusung tema “Han Mo Chuan Cheng,” pameran ini mengangkat nilai-nilai penting dari proses pewarisan budaya tradisional Tiongkok, khususnya dalam bidang kaligrafi dan seni tinta. Tema ini menekankan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. “Han Mo Chuan Cheng” secara harfiah berarti “mewarisi dan meneruskan warisan tinta dan budaya Tiongkok,” yang menunjukkan kesinambungan praktik seni ini dalam kehidupan masyarakat Tionghoa, serta kontribusinya terhadap kekayaan budaya global.

Pameran ini menampilkan ratusan karya kaligrafi dan lukisan, yang dipajang dengan rapi dan elegan. Karya-karya tersebut merupakan hasil karya seniman Tionghoa dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Solo. Tidak hanya itu, karya-karya dari siswa-siswa Indonesia Calligraphy and Painting Institute juga turut dipamerkan, memberikan gambaran tentang bagaimana seni kaligrafi ini terus berkembang dan diapresiasi oleh generasi muda.

Ketua Umum Persatuan Kaligrafi Indonesia, Steve Yenadhira, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya melestarikan seni kaligrafi dan bahasa Mandarin di kalangan generasi muda Indonesia. Steve mengungkapkan kekhawatirannya terhadap semakin menurunnya minat generasi muda untuk mempelajari bahasa Mandarin, khususnya seni kaligrafi Tiongkok.

Menurut Steve, salah satu alasan utama mengapa banyak generasi muda enggan belajar bahasa Mandarin dan kaligrafi adalah karena kompleksitas karakter Hanji yang sulit dipelajari dan ditulis.

“Di era digital ini, di mana internet dan teknologi semakin canggih, generasi muda cenderung lebih memilih aktivitas yang lebih mudah diakses melalui gadget daripada mempelajari seni tradisional yang membutuhkan dedikasi dan ketekunan,” ujarnya.

Untuk mengatasi tantangan ini, Steve menyarankan agar diadakan lebih banyak kegiatan yang melibatkan seni kaligrafi, terutama dalam rangka perayaan hari-hari besar Tiongkok seperti Imlek, hari Peh Cun, dan hari Kue Bulan. Ia percaya bahwa pameran-pameran yang menampilkan karya anak muda dapat menjadi motivasi bagi mereka untuk lebih mendalami seni ini.

“Mereka akan senang sekali kalau karyanya dipamerin dan ada kegiatan,” tambahnya.

Selain itu, Steve juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendukung dan mendorong anak-anak mereka untuk belajar bahasa Mandarin dan kaligrafi. “Pengaruh orang tua penting. Jadi orang tua itu sebagai jembatan untuk belajar bahasa Mandarin dan kaligrafi,” jelasnya.

Ia juga menyoroti bahwa kaligrafi bukan hanya sekadar seni goresan, tetapi juga memiliki makna yang mendalam. Melalui kaligrafi, para seniman dapat menuangkan berbagai puisi dan kata-kata mutiara, yang tidak hanya memperkaya karya seni mereka, tetapi juga membawa nilai-nilai dan pesan yang kuat.

Steve  berharap melalui upaya-upaya ini, seni kaligrafi dan budaya Tiongkok dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Pada kesempatan ini, juga digelar perayaan HUT ke-12 Indonesia Calligraphy and Painting Institute. Institut ini telah menjadi pusat pengembangan seni kaligrafi dan lukisan di Indonesia. Selama 12 tahun berdiri, Indonesia Calligraphy and Painting Institute telah memainkan peran penting dalam melestarikan dan mempromosikan kekayaan seni tradisional serta inovasi dalam dunia seni rupa.

Dengan memadukan teknik tradisional dengan pendekatan modern, Indonesia Calligraphy and Painting Institute berkomitmen untuk memberikan pendidikan dan pelatihan berkualitas tinggi kepada para seniman dan pecinta seni. Hingga saat ini sudah banyak seniman berbakat yang lahir dari institut ini dan telah mengikuti beberapa kali pameran bergengsi baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam acara ini, dilakukan penyerahan tongkat kepemimpinan Indonesia Calligraphy and Painting Institute.angkatan ke 3. Peralihan ini ditandai dengan pemberian bendera pataka oleh Direktur Indonesia Calligraphy and Painting Institute, Lenny Ferry Foe kepada Alex Wang. Selain itu, dilakukan pembagian sertifikat kepada para murid batch 3.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *