Pramono Anung-Rano Karno Unggul Tipis atas Ridwan Kamil-Suswono dalam Survei Elektabilitas Litbang Kompas
Dalam survei terbaru yang digelar oleh Litbang Kompas, pasangan calon gubernur Pramono Anung-Rano Karno, yang diusung oleh PDIP, berhasil unggul tipis dalam elektabilitas terhadap pasangan Ridwan Kamil-Suswono di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 20-25 Oktober 2024, Pramono Anung-Rano Karno memperoleh elektabilitas sebesar 38,3 persen, sementara Ridwan Kamil-Suswono yang diusung oleh koalisi 12 partai politik hanya meraih 37,5 persen.
Pasangan Pramono Anung-Rano Karno yang mengusung visi pembangunan Jakarta dengan pendekatan sosial dan pemerataan kesejahteraan, menunjukkan keunggulan meski dalam posisi yang sangat tipis. Survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas menemukan bahwa elektabilitas mereka mencapai 38,3 persen, mengungguli Ridwan Kamil-Suswono yang memperoleh 37,5 persen. Meski selisihnya tidak terlalu besar, Pramono-Rano tetap berada di posisi teratas dalam persaingan menuju kursi DKI 1.
Keunggulan ini tentu menjadi angin segar bagi pasangan yang mengusung PDIP ini, mengingat Pramono Anung, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Kabinet, memiliki pengalaman politik yang panjang. Rano Karno, mantan aktor dan politisi, membawa elemen populisme yang cukup besar, khususnya di kalangan pemilih usia muda. Keduanya juga berfokus pada penguatan konektivitas sosial dan peningkatan infrastruktur publik di DKI Jakarta, sebuah isu yang memang sangat dekat dengan kebutuhan masyarakat ibu kota.
Di sisi lain, pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang merupakan pilihan dari koalisi besar yang terdiri dari 12 partai politik, termasuk Gerindra, PKS, Partai Golkar, Partai Nasdem, PKB, Partai Demokrat, dan PSI, memperoleh elektabilitas 37,5 persen. Ridwan Kamil, yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang modern dan berbasis teknologi. Banyak pemilih di Jakarta melihat Ridwan sebagai sosok yang mampu menghadirkan perubahan besar melalui pendekatan inovatif, terutama dalam hal digitalisasi pelayanan publik.
Meskipun hanya kalah tipis, paslon Ridwan Kamil-Suswono memiliki dukungan yang solid dari berbagai kalangan, terutama kelas menengah urban yang mendambakan Jakarta menjadi kota yang lebih cerdas dan berkelanjutan. Ridwan Kamil yang juga dikenal dekat dengan berbagai kalangan masyarakat dianggap memiliki potensi besar untuk meraih suara lebih banyak lagi menjelang pemungutan suara, apalagi dengan bantuan mesin politik dari partai-partai besar yang mendukungnya.
Sementara itu, pasangan calon dari jalur independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, tercatat tertinggal jauh di bawah dua pasangan calon lainnya. Elektabilitas mereka hanya sebesar 3,3 persen, sebuah angka yang cukup kecil untuk pasangan yang berusaha bersaing tanpa dukungan partai besar. Meski demikian, pasangan ini tetap optimistis bahwa kampanye berbasis kemandirian dan keinginan untuk melayani masyarakat Jakarta tanpa ikatan partai akan mampu menarik pemilih yang mendambakan perubahan lebih radikal.
Salah satu temuan menarik dalam survei ini adalah tingginya tingkat loyalitas pemilih terhadap pasangan Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono. Kedua pasangan ini memiliki basis pemilih yang lebih loyal, dengan 68,1 persen pendukung Pramono-Rano menyatakan sudah pasti akan memilih mereka dan tidak akan berubah sampai hari pemungutan suara. Sementara itu, pasangan Ridwan Kamil-Suswono juga memiliki tingkat loyalitas yang cukup tinggi, meskipun sedikit lebih rendah, yaitu 63,4 persen.
Di sisi lain, pemilih yang belum menentukan pilihan atau swing voters menjadi faktor penentu dalam hasil akhir Pilgub DKI Jakarta. Survei menunjukkan bahwa 31,9 persen pemilih pendukung Pramono-Rano dan 36,6 persen pemilih Ridwan Kamil-Suswono masih dapat berubah keputusan mereka. Ketidakpastian ini menunjukkan bahwa ada potensi pergeseran dukungan yang dapat terjadi dalam sisa waktu kampanye.
Survei ini dilakukan dengan metode wawancara tatap muka yang melibatkan 800 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error ± 3,46 persen, yang membuatnya menjadi salah satu acuan yang cukup valid dalam memetakan elektabilitas pasangan calon gubernur di ibu kota.
Dengan sisa waktu kampanye yang semakin pendek, kedua pasangan calon gubernur kini menghadapi tantangan besar untuk memperkuat basis pemilih mereka dan meraih simpati dari kalangan swing voters yang belum menentukan pilihan. Bagaimanapun juga, Pilgub DKI Jakarta kali ini diprediksi akan berlangsung sangat ketat dan penuh dinamika, di mana setiap langkah, strategi, dan visi yang mereka tawarkan akan sangat menentukan.