Rp 3.750.000 Adalah Biaya Kontribusi Per Tahun Untuk Konservasi, Bukan Sekedar Tiket Masuk TN Komodo
Melihat adanya beberapa pemberitaan dan persepsi yang salah di media dan publik terkait penetapan biaya kontribusi (bukan harga tiket) senilai Rp 3,750,000 per orang per tahun dan pembatasan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo sejumlah 200.000 orang per tahun yang diberlakukan mulai 1 Agustus, untuk itu melalui kesempatan ini akan disampaikan klarifikasi yang benar.
Koordinator Pelaksana Program Penguatan Fungsi di Taman Nasional Komodo, Carolina Noge menjelaskan penetapan biaya sebesar Rp 3,750,000 per orang yang berlaku selama satu tahun merupakan biaya kontribusi untuk program konservasi Pulau Komodo, Pulau Padar, dan Kawasan Perairan Sekitarnya, bukan sekedar harga tiket masuk ke Taman Nasional Komodo.
“Pengunjung yang akan melakukan kunjungan diwajibkan melakukan registrasi dan reservasi secara online satu pintu melalui aplikasi. Kemudian, pembatasan pengunjung melalui registrasi online serta penerapan biaya kontribusi ini akan digunakan untuk upaya konservasi; manajemen kunjungan, pengelolaan sampah, pemulihan terumbu karang yang rusak, pemberdayaan masyarakat lokal, optimalisasi pengawasan dan pengamanan kawasan yaitu terkait perburuan liar, pemancingan ilegal, penggunaan pukat harimau dan overfishing, serta berbagai isu dan permasalahan lain di kawasan yang mengancam habitat komodo dan ekosistem di dalamnya”, Jelas Caroline dalam siaran persnya yang diterima redaksi EL JOHN News, Sabtu (02/07/2022)
Dr. Irman Firmansyah yang melakukan Kajian Daya Dukung Daya Tampung (DDDT) Berbasis Jasa Ekosistem di Pulau Komodo, Pulau Padar dan Kawasan Perairan Sekitar menambahkan jika seorang wisatawan datang mengunjungi suatu tempat pastinya ada nilai ekosistem yang berkurang, mulai dari air yang digunakan, oksigen yang dihirup, tempat tinggal yang digunakan, limbah sabun, suhu panas yang dikeluarkan tubuh, sampah yang dihasilkan dan lain sebagainya.
“Belum lagi jika tanpa manajemen kunjungan dan tata kelola yang terintegrasi, pengawasan dan keamanan menjadi kurang maksimal. Keterkaitan permasalahan ini mengancam ekosistem. Biaya kontribusi ini akan digunakan sebagai program konservasi untuk memperbaiki kembali ekosistem yang rusak atau berkurang nilainya. Gambaran ini baru satu orang wisatawan, bagaimana jika ratusan wisatawan datang sekaligus. Berapa banyak kerusakan ekosistem yang dihasilkan. Untuk itu, pembatasan pengunjung penting untuk segera diterapkan”. Lanjut Irman.
Selain nilai jasa ekosistem yang rusak dan berkurang, aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi perilaku dari komodo itu sendiri. “Komodo di area aktivitas manusia tinggi menunjukkan kewaspadaan yang kurang. Kemudian massa tubuh yang lebih besar karena kemudahan perolehan pakan dari sisa-sisa makanan di area wisata. Hal ini tentu mengurangi insting berburu komodo, yang mana lama kelamaan area wisata ini bisa jadi area budidaya komodo. Inilah hal yang harus kami jaga dengan upaya-upaya konservasi”, lanjut Carolina.
Taman Nasional Komodo merupakan habitat dari beragam biodiversitas. Selain habitat bagi komodo, juga tempat hidup berbagai spesies lainnya, yang mana termasuk juga dalam kategori terancam punah yaitu kakatua kecil jambul kuning. “Setiap pengunjung yang datang ke Taman Nasional Komodo, perlu secara sadar bahwa Taman Nasional Komodo bukan semata-mata destinasi pariwisata, melainkan satu-satunya wilayah konservasi untuk komodo yang ada di dunia. Jika hanya ingin melihat komodo, wisatawan bisa mengunjungi kebun binatang” Tutup Irman.