Sajikan Kisah Pemberi Makna, Noura Books Launching Buku “99 Wisdom”

Penerbit buku-buku populer, Noura Books me-launching buku berjudul “99 Wisdom” karya Gobind Vashdev yang menghadirkan penulisnya langsung di Kinokuniya Bookstore, Plaza Senayan, Jakarta, Jumat (10/2/2017).
Buku “99 Wisdom” terbit sebagai sebuah buku yang menghimpun kisah-kisah pemberi makna yang mampu menjadi renungan sekaligus motivasi pembacanya untuk bisa berkontemplasi.
“Yang menarik dari seorang Gobind Vashdev sebagai penulis adalah apa yang ditulis sudah dipraktikkan,” tulis akun Twitter @NouraBooks melalui live tweet launching buku tersebut.
Manager Redaksi Noura Books Suhindra Shinta yang menjadi pembicara mewakili penerbit dalam kesempatan itu juga berbagi pengalaman ketika proses penerbitan. Buku “99 Wisdom” berpengaruh langsung pada redaksi yang mengerjakannya, karena merupakan nilai hidup yang langsung ditemui penulis sehari-hari. Dalam proses kreatifnya, seniman kopi Gidaq juga terlibat dalam penentuan desain sampul yang tampak cantik dengan warna dasar putih bersih.

Sementara sang penulis, mengaku pernah dibuat bingung oleh sang guru yang selama ini menjadi inspirasinya. Beliau menyebut, “The purpose of our life is not happiness. The purpose of our life is to aware.” Pada dasarnya masalah yang dihadapi setiap orang berasal dari dirinya sendiri. Artinya, untuk menemukan solusi, seseorang harus melihat ke dalam dirinya terlebih dulu.
“Kuncinya adalah understanding. Mengerti diri kita. Jadi ketika ada masalah tidak menyalahkan yg di luar, tapi mulai diri sendiri,” ujar Gobind seperti ditulis akun Noura Books.
Dirinya mencontohkan tentang mimpi buruk yang sebenarnya “membangunkan” kita. Ketika terbangun, sebenarnya kita tidak menemui apa yang ada dalam mimpi tersebut. Dengan demikian, jika ada yang beranggapan ada orang yang baik dan orang yang buruk, dia masih berada di alam mimpi.
Tugas manusia, menurut Gobind adalah bukan mengurus dosa atau luka yang ada pada orang lain. Namun fokus pada dosa atau luka diri sendiri. Ketika sudah tidak ada dosa atau luka itu pada seseorang, maka seseorang akan bisa memahami dirinya sendiri dan juga orang lain.
Dia juga menceritakan bagaimana sampai sejauh ini dia berusaha untuk melepaskan apa yang dimiliki, yang melebihi kebutuhan. Misalnya, rumahnya di Ubud Bali, terbuka untuk siapapun yang datang. Kecenderungan manusia, jelas Gobind, senang mengoleksi barang-barang sebanyak mungkin sehingga sulit ketika harus melepaskannya.
Makna hidup lain, yang disampaikan Gobind kepada pembaca bukunya dalam launching tersebut bagaimana sebenarnya banyak orang melakukan sesuatu untuk kenyamanan dirinya sendiri.
“Ketika anak tidak mau makan, orang tua memberi anak sesuatu yg membuat dia mau makan. Agar orang tua nyaman, anak akhirnya mau makan,” Gobind mencontohkan seperti ditulis akun NouraBooks.