Tanpa kekerasan kita bisa mendisiplinkan anak loh, ini caranya
Disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam kehidupan. Oleh karena itu, sejak dini, kita sudah harus mulai belajar mengajarkan disiplin kepada anak agar saat besar dia benar-benar menjadi orang yang disegani karena kedisiplinannya. Namun seringkali kita jumpai orang tua mengajarkan anak berdisiplin, tapi dengan cara yang sebenarnya perlu dihindari, yakni dengan cara yang keras dan kasar. Seharusnya, kita bisa mendidik anak agar disiplin dengan cara menyenangkan. Mendidik anak disiplin sangatlah penting untuk dilakukan oleh para orang tua. Dengan mendidiknya disiplin, hal itu berarti mempersiapkannya untuk terjun ke dunia luas yang cukup keras. Jika anak terbiasa dimanjakan dan sering berleha-leha, suatu saat dia akan mengalami shock saat harus berkecimpung di dunia sosial secara langsung. Berikut akan diberikan tips-tips mengenai cara membuat putra-putri Anda disiplin dan mengatasi saat mereka melawan.
Jika dia tiba-tiba berinisiatif membersihkan halaman rumah Anda atau membereskan kamarnya sendiri, coba berikan pujian. Anda bisa melakukannya dengan mengatakan “Wah, sekarang halamannya jadi lebih bagus sayang, terima kasih”. Hal tersebut akan membuatnya merasa dihargai dan kemungkinan besar akan mengulanginya lagi hal positif tersebut. Memberikan pujian untuk kebaikan yang dia lakukan lebih efektif untuk mendidiknya daripada menghukumnya saat dia salah.
Berkomunikasi dengan anak secara fun akan lebih membuat anak nyaman dan tentu saja senang. Banyak orang tua yang terkadang kaku dengan anaknya sehingga jauh dari kesan fun. Mari kita belajar menjadi orang tua yang menyenangkan. Sekali-kali, bolehlah kita beri sedikit punishment atau hukuman, tapi yang bersifat mendidik anak, bukan yang kasar. “Kok makannya gak habis? Ayo habiskan!!” dengan nada tinggi. Akan lebih elok didengar, “Lhoh, kok gak habis makannya. Kasian lho yang di luar sana banyak orang yang belum tentu bisa makan. Kamu sama ayah yang dah dikasih Alloh makan setiap hari, harusnya bersyukur. Kalo gak habis, berarti kita gak bersyukur.”. Intinya, mendidik anak dengan punishment yang edukatif tentunya menjadi pelajaran bagi anak agar dia tahu akibat dia tidak melanggar sesuatu. Ayah yang menjadi idola anaknya, sudah dinanti-nanti kepulangannya ke rumah. Ibu yang yang menjadi sahabat anak, selalu siap kapanpun ketika dicurhati anak. Itulah orang tua yang menjadi qurrota a’yun, penyejuk mata dan hati.
Namanya anak-anak pasti menyukai hadiah. Dan sebagai orang tua sering memberikan hadiah tanpa aturan yang jelas. Sebaiknya tanamkan sikap pemberian hadiah dan pujian hanya bisa dilakukan apabila si buah hati ini melakukan pekerjaan atau sesuatu yang baik. Misalnya sudah belajar matematikan mendapat nilai bagus untuk ulangan mata pelajaran ini. Atau bila si kecil tertib meletakan barang kesayangannya di tempat yang tepat. Membantu menyapu halaman, atau mengerjakan hal-hal yang ringan namun melatihnya untuk bersikap disiplin. Memberikan pujian dan hadiah untuk kebaikan yang dia lakukan lebih efektif untuk mendidiknya daripada menghukumnya saat dia salah.
Dengan memberikan aturan yang jelas, Anda bisa langsung memperingatkannya jika dia melakukan kesalahan. Beda halnya jika Anda tidak membuat peraturan tersebut, anak Anda tidak tahu mengenai hal tersebut dan Anda juga tidak memiliki wewenang yang kuat untuk menyalahkan dan membuatnya disiplin karena dia memang tidak mengetahui hal itu. Saat anak Anda ingin melakukan sesuatu yang menurut Anda kurang tepat dan membuat Anda sedikit marah, coba pergi sebentar dan tenangkan diri Anda. Mungkin Anda bisa mengatakan “Sepertinya aku kurang setuju. Nanti akan ku beritahu kalau sudah ku pertimbangkan.” Setelah tenang, coba ajak dia bicara dan katakan pendapat Anda serta beritahu dia konsekuensi dari apa yang akan dia lakukan. Anda tidak perlu marah, cukup jadikan hal itu permasalahan yang harus dihadapi anak Anda. (arf)