Titik Api Menurun, Pemerintah Tetap Siaga Hadapi Potensi Karhutla Baru

0
medium_5b09f6c6_2334_4abc_bd4e_5f89b93c55bd_1_3946d87558

Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni, menekankan menekankan pentingnya tetap meningkatkan kewaspadaan, mengingat musim kemarau ekstrem berpotensi memperburuk situasi. Hal tersebut disampaikan Menhut usai melakukan peninjuan terhadap area hutan dan lahan yang terbakar, belum lama ini.

Peninjauan dilakukan Menhut dengan menggunakan helicopter, didampingi jajaran Kementerian dan aparat daerah Menhut menyampaikan bahwa secara umum jumlah titik api di Riau menunjukkan tren penurunan signifikan, namun kewaspadaan tetap diutamakan

“Secara umum titik api sudah jauh menurun. Namun laporan dari BMKG menyebutkan tingkat kekeringan di wilayah ini termasuk ekstrem, sehingga potensi kebakaran tetap sangat tinggi. Kita harus tetap waspada dan siaga,” ujar Menhut Raja Antoni usai peninjauan lapangan.

Dalam pernyataannya, Menteri juga menyampaikan pesan tegas kepada pelaku pembakaran hutan dan lahan secara ilegal. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mentolerir tindakan yang membahayakan lingkungan dan masyarakat.

“Jangan main api. Ini bukan peringatan biasa. Kalau tertangkap, akan diproses secara hukum,” katanya, mengutip pernyataan Kapolda Riau yang turut mendampingi dalam peninjauan udara.

Kunjungan ini menjadi bagian dari respons cepat pemerintah melalui Kementerian Kehutanan dalam menangani karhutla yang masih menjadi ancaman serius, terutama di wilayah gambut. Hingga saat ini, koordinasi lapangan telah diperkuat dengan pembentukan Patroli Terpadu yang melibatkan Manggala Agni, TNI, Polri, hingga kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA). Patroli dilakukan di berbagai desa rawan karhutla seperti di Bengkalis, Dumai, Siak, Kampar, Pelalawan, Kepulauan Meranti, dan Indragiri Hilir.

Sementara itu, Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang digagas bersama BNPB dan BMKG terus dilanjutkan guna mendorong hujan buatan di wilayah-wilayah terdampak. Hingga kini, sebanyak 14 sortie telah dilakukan dengan total 12.600 kg garam (NaCl) disemai di awan.

“Kita patut mengapresiasi kerja luar biasa para petugas lapangan. Dari semula 1.300-an titik api, kini tinggal sekitar 116 titik. Tapi ini bukan akhir, kita masih harus bekerja keras memastikan tidak muncul lagi kebakaran baru,” jelas Menteri.

Peningkatan Kapasitas & Penegakan Hukum Jadi Kunci

Menhut Raja juga menegaskan bahwa pengendalian karhutla tidak cukup hanya dengan pemadaman. Pencegahan dan penegakan hukum harus berjalan seiring. Pemerintah pusat juga akan memperkuat upaya edukasi masyarakat serta pengawasan terhadap perusahaan yang masih menggunakan praktik pembakaran sebagai cara membuka lahan.

“Sehebat apapun metode pemadaman kita, baik darat maupun udara—kalau tidak ada kesadaran dan disiplin, maka upaya itu tidak akan efektif. Penegakan hukum harus dijalankan tanpa kompromi,” tegasnya.

Kementerian Kehutanan mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus meningkatkan sinergi dalam menjaga kawasan hutan Indonesia. Pemerintah daerah, sektor swasta, aparat keamanan, hingga masyarakat dinilai punya peran penting dalam menciptakan sistem pencegahan karhutla yang berkelanjutan.

Melalui kerja sama terpadu ini, Menhut berharap ke depannya wilayah rawan seperti Riau dapat keluar dari siklus tahunan karhutla dan mengembalikan fungsinya sebagai wilayah hijau yang produktif dan lestari.

“Pengendalian karhutla adalah tanggung jawab kolektif. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga kita semua. Ini menyangkut masa depan lingkungan dan generasi kita mendatang,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *