Bahaya Anemia bagi Wanita Hamil
Anemia atau kurang darah merupakan suatu kondisi dimana kadar Hemoglobin (HB) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Fungsi Hemoglobin didalam darah yaitu untuk mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Seseorang baru dikatakan menderita anemia apabila Konsentrasi Hb dalam darah nya lebih kurang dar 13,5 G/DL pada laki-laki dan 12,5 Gr/dl pada perempuan. Ini penting karena jumlah kadar Hb dalam setiap sel darah akan menentukan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Kita semua tahu, bahwa oksigen dperlukan demi kelancaran seluruh fungsi organ tubuh. Penyebab anemia adalah kekeurangan zat besi dan asam folat yang disebut anemia defisiensi zat besi. Bisa juga karena kekurangan asam folat dan vitamin B12 (anemia megaloblastik).
Anemia bisa juga karena sumsum tulang belakang yang kurang mampu membuat sel-sel darah baru atau bisa karena penghancuran sel darah merah lebih cepat pembuatannya. Dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia defisiensi zat besi. Dalam kondisi hamil wanita membutuhkan asupan gizi yang baik untuk kelangsungan janin yang dikandungnya. Pada hamil kebutuhan zat besi semakin meningkat, di samping karena mengandung anak dengan asupan zat besi yang cukup dapat menunjang kegiatan ibu hamil. Ibu hamil memproduksi darah merah dengan jumlah yang banyak hingga 50% sehingga zat besi juga harus banyak. Bahaya anemia pada ibu hamil akan terasa pada sangat berbahaya dan akan mulai menyerang pada saat awal kehamilan.
Dibarengi dengan mual dan asupan makan yang sedikit ini juga dapat memicu anemia. Anemia menjadi perhatian besar karena dapat menjadi berbahaya bagi ibu dan juga bayi yang dikandungnya. Anemia merupakan penyebab kematian secara tidak langsung yang terus mengintai ibu-ibu yang sedang menghadapi masa kehamilan. Kenapa dikatakan berbahaya karena darah yang membawa oksigen yang akan disalurkan ke seluruh tubuh, apabila hemoglobin yang bertugas mengikat oksigen berkurang maka asupan oksigen ke jantung juga berkurang. Berdebar-debar dan juga dapat memicu keguguran, kelahiran premature hingga cacat bawaan.
Untuk itu sangat dianjurkan bagi ibu hamil untuk memeriksa kandungan dan kondisi anda secara rutin. Dengan melakukan tindakan ini setidaknya akan mengurangi resiko terkena anemia karena sangat berbahaya bagi ibu hamil maupun bagi kandungan/janin. Penyebab anemia yang paling sering pada kehamilan selain anemia fisiologis yang telah dijelaskan di atas adalah anemia defisiensi besi. Kekurangan zat gizi yang satu ini merupakan penyebab 75% kasus anemia dalam kehamilan. Angka kejadiannya pada trimester pertama hanya 3-9%, dan meningkat 16-55% pada trimester ketiga. Biasanya anemia jenis ini terjadi pada ibu yang mengalami mual dan muntah yang berlebihan atau memiliki penyakit kronik.
Pada ibu hamil dengan simpanan zat besi yang cukup, kebutuhan zat besi harian adalah 27 mg per hari. Berbeda dengan ibu yang tidak hamil, yaitu hanya membutuhkan 18 mg per hari. Kebutuhan yang tinggi ini berusaha dicapai oleh tubuh dengan cara meningkatkan kapasitas penyerapan besi di usus. Selama kehamilan, usus dapat menyerap besi 40% lebih banyak. Total simpanan besi tubuh pada perempuan tidak hamil adalah 2,2 g dan jumlah ini meningkat 3,2 g pada ibu hamil. Sekitar 500-600 mg di antaranya digunakan untuk membentuk sel darah merah, dan 300 mg di antaranya digunakan oleh janin. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil sangat sulit mengejar kebutuhan besi melalui asupan makanan saja, terutama setelah memasuki paruh akhir kehamilan.
Bahkan perempuan yang sehat pun seringkali tidak memiliki simpanan besi yang cukup untuk menunjang kebutuhan selama kehamilan. Wanita hamil lebih berisiko menderita anemia, karena mereka memerlukan lebih banyak asam folat dan zat besi dari biasanya. Namun risikonya akan lebih tinggi dalam situasi hamil dengan lebih dari satu anak (kembar), dua kehamilan berdekatan, muntah banyak karena morning sickness, kehamilan remaja, tidak makan cukup makanan yang kaya zat besi, mengalami masalah fisik dan psikis.
Anemia yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan risiko: bayi prematur atau berat lahir rendah, depresi pasca melahirkan, meningkatkan kemungkinan keguguran, perdarahan paska persalinan, cacat bawaan, hingga kematian pada ibu maupun janin. Sementara, dampak kekurangan besi pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh kembang dan kecerdasan anak, memicu gangguan penglihatan, pendengaran, dan perilaku.