Bahu Membahu Majukan Industri Pariwisata Sulsel

0

Kalangan industri perhotelan di Sulawesi Selatan menilai badan promosi pariwisata belum mampu menciptakan harmonisasi antarstakeholder kepariwisataan dalam skala menyeluruh.

Ketua PHRI Sulsel Anggiat Sinaga mengatakan kondisi tersebut membuat fungsi dari Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) belum mampu menjadi sebuah katalisator aktif mendukung pertumbuhan pariwisata Sulsel secara umum.

Untuk itu, dia menyarankan agar BPPD Sulsel juga perlu melakukan sebuah konsolidasi dengan otoritas daerah perihal rencana kerja termasuk skema penganggaran untuk seluruh kegiatan promosi pariwisata Sulsel yang hendak dilakukan.

Selanjutnya, badan promosi mestinya lebih atraktif menjalin kolaborasi maupun kerjasama dengan seluruh stakeholder dan pihak swasta agar tercipta harmonisasi yang berorientasi untuk kemajuan kepariwisataan Sulsel.

“Keberadaan BPPD benar-benar sangat dibutuhkan karena ini juga amanat dari undang-undang. Memang khusus di Sulsel ini, peran BPPD agak berbeda, efeknya belum keluar dan belum maksimal,” katanya.

Sebagai informasi, BPPD Sulsel sendiri terbentuk pada 2015 lalu yang merupakan bentuk manifestasi turunan dari UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif BPPD Sulsel Nick Arthur mengatakan pihaknya masih kesulitan dalam membangun kolaborasi lintas stakeholder yang berkepentingan dalam industri pariwisata Sulsel lantaran terbentur masih kuatnya budaya egosektoral.

“Semangat gotong-royong di industri pariwisata Sulsel jujur saja masih sangat lemah. Para pelaku usaha pariwisata memiliki fokus dan target yang berbeda-beda dalam melaksanakan kegiatan pemasaran dan promosinya,” paparnya.

Kondisi tersebut kemudian diperparah oleh peran otoritas daerah atau pemda yang mejadi induk semang dari BPPD Sulsel, yang cenderung abai pada perencanaan kegiatan promosi yang diusulkan badan promosi.

Selain itu, Nick berharap pula agar seluruh tokoh kepariwisataan Sulsel memberikan pembinaan bagi kader-kader muda di industri kepariwisataan secra intensif, serta stakeholder memberikan kesempatan bagi pelaku non-industri untuk berkolaborasi.

“Sebaiknya tokoh kepariwisataan daerah memberi ruang bagi perwakilan milenial. Jangan membiarkan kami berjalan sendiri,” kata Nick.

Dia menilai, sinergitas pelaku kepariwisataan Sulsel sulit berkembang akibat masih adanya posisi dominan dalam pengembangan kepariwisataan.

“Kolaborasi penta helix kepariwisataan Sulsel dalam mendorong pemenuhan kebutuhan promosi bersama masih berjalan parsial-parsial.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *