Balapan Sapi Versi Sumatera Barat

0

photo-pacujawi-1

Pacu jawi atau dapat disebut balapan sapi dalam bahasa Indonesia adalah sebuah atraksi permainan tradisional yang dilombakan di kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Setiap tahun, lomba balap sapi ini diselenggarakan secara bergiliran selama empat minggu di empat kecamatan di kabupaten Tanah Datar, yaitu kecamatan Pariangan, kecamatan Rambatan, kecamatan Lima Kaum, dan kecamatan Sungai Tarab. Pacu jawi telah ada sejak ratusan tahun lalu, yang pada awalnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petani sehabis musim panen untuk mengisi waktu luang sekaligus menjadi sarana hiburan bagi masyarakat setempat.

Berbeda dengan karapan sapi di pulau Madura yang diselenggarakan di lintasan yang kering, pacu jawi di kabupaten Tanah Datar diselenggarakan di sawah-sawah milik masyarakat setempat sehabis panen dan dalam kondisi berlumpur. Uniknya, sepasang sapi hanya berlari sendiri tanpa lawan, bukan dengan pasangan lawan sebagaimana layaknya perlombaan. Dimana, penilaiannya adalah lurus atau tidak lurusnya sepasang sapi dalam berlari, disamping penilaian waktu tempuh lintasan.

Selain itu, kegiatan ini juga dipadukan dengan tradisi masyarakat setempat, seperti penampilan tarian dan permainan alat musik tradisional. Para Joki dengan semangat menggigit ekor Jawi, ada juga yang memukul pantat Jawi dengan semangat agar laju Jawinya semakin kencang. Sementara tepian sawah berlumpur yang dijadikan arena semakin siang semakin ramai saja oleh masyarakat yang menyaksikan helat budaya tradisi pacu jawi. Ditengah teriakan semangat oleh masyarakat yang menyaksikan pacu jawi agar sang Joki memacu jawinya semakin kencang, aku bermandi lumpur demi mengabadikan sebuah helat budaya yang begitu unik serta suguhan tradisi dan pemandangan alam negeri Sumatera Barat laksana surga yang amboy nian.

Di depannya terbentang sawah yang berundak, dan ada sepetak sawah yang cukup lebar dengan panjang sekitar 60 meter yang akan digunakan untuk Pacu Jawi. Tanahnya berlumpur halus dan cukup dalam karena sudah 4 pekan dijajal puluhan sapi yang ikut Pacu Jawi. Di lokasi pacu ini para pengunjung tidak akan mencium aroma tak sedap dari kotoran sapi, yang ada hanya bau lumpur sawah yang segar.

Suasana keceriaan dengan dialek Nagari terasa kental, tiupan saluang mengalun riang diiringi gendang. Ibu-ibu membawa nampan yang tudungnya berhias berisi makanan ringan. Puluhan ekor sapi yang akan berpacu juga terlihat dipersiapkan pemiliknya untuk siap bertanding di lapangan. Sekilas Pacu Jawi mirip dengan dengan Karapan Sapi yang ada di Pulau Madura. Yang membedakan adalah medan yang digunakan, bila di Madura digelar di tanah kering maka Batusangkar, Tanah Datar ini dilaksanakan di lahan berlumpur bekas sawah yang usai dipanen penduduk. Perbedaan lainnya adalah pacu jawi tidak dilombakan dengan pasangan lawan tetapi hanya dilepas satu persatu. Keunikan lain ajang ini yang menjadi pemenang adalah jawi ditunggangi harus berlari paling lurus tanpa berbelok hingga ke garis akhir. Sapi yang berlari lurus tanpa berbelok hingga ke garis akhir menjadi pemenang.

Aturan permainan di Pacu Jawi, dua ekor sapi masing-masing diberi kala, atau kayu bajak, yang akan diinjak kaki kanan dan kiri oleh sang joki. Si Joki harus bisa mengendalikan sapi dengan menarik kedua ekor sapinya. Sapi yang dilepaskan hanya sepasang, dan tidak ada lawannya. Pada ajang Pacu Jawi tidak menggunakan tongkat pendek berujung paku untuk mempercepat lari sapi di litasan, akan tetapi si penunggang menggigit ekor sapi keras-keras agar berlari dengan kencang. Terdengar mudah namun nyatanya tidak demikian. Ada banyak joki dapat menunggang sapi berlari cepat namun tidak lurus atau ada juga sapi yang justru berlari keluar pergi meninggalkan sang joki bahkan menyeruduk kearah penonton. Dibutuhkan ekstra kerja keras untuk mencapai lokasi karena harus berjalan di pematang sawah dan kubangan lumpur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *