Delegasi Hainan Kunjungi ICBC, Sosialisasikan Kebijakan Baru Free Trade Port 2025

Dalam upaya memperkuat kerja sama ekonomi antara Tiongkok dan Indonesia, Delegasi Ekonomi dan Perdagangan Hainan (Hainan Economic and Trade Delegation) melakukan kunjungan resmi ke kantor Indonesia China Business Council (ICBC) di Plaza Maspion, Jakarta Pusat, pada Rabu (29/10/2025).
Rombongan beranggotakan delapan orang pejabat dan perwakilan bisnis dari Provinsi Hainan ini diterima secara hangat oleh jajaran pengurus ICBC, di antaranya Wakil Ketua Harian ICBC Hasan Kosasih Ko dan Wakil Sekretaris Jenderal ICBC Suryawan Wijaya, serta sejumlah anggota dewan lainnya.
Kunjungan ini menjadi bagian dari rangkaian promosi internasional yang dilakukan Pemerintah Provinsi Hainan dalam rangka sosialisasi kebijakan baru Hainan Free Trade Port (FTP), yang akan resmi beroperasi penuh pada 18 Desember 2025.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Hainan memaparkan bahwa kebijakan “penutupan kepabeanan” (customs closure) akan menjadi langkah monumental dalam transformasi Hainan menjadi pusat perdagangan bebas (free trade hub) yang berdaya saing global.
Kebijakan ini menandai fase baru bagi Hainan dalam menciptakan lingkungan bisnis yang lebih terbuka, efisien, dan inovatif, dengan sistem kepabeanan modern yang memfasilitasi arus barang, investasi, dan data lintas batas secara lebih lancar.

Delegasi Hainan menjelaskan bahwa inti dari kebijakan baru tersebut mencakup dua inisiatif bebas tarif (zero-tariff initiatives).
Pertama, pembebasan tarif impor bagi barang yang diekspor ke daratan Tiongkok setelah diproses di Hainan, dengan syarat nilai tambah hasil proses tersebut mencapai minimal 30 persen dari total nilai bahan yang digunakan.
Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak perusahaan internasional untuk berinvestasi dan melakukan manufaktur di Hainan, karena hasil produksinya dapat diekspor ke pasar domestik Tiongkok tanpa dikenai bea masuk.
Kedua, pembebasan tarif impor untuk entitas tertentu yang memenuhi syarat ketika mengimpor barang dari luar negeri ke Pelabuhan Perdagangan Bebas Hainan.
Kebijakan ini berlaku bagi perusahaan dengan status hukum independen, lembaga publik, serta institusi nirlaba yang bergerak di bidang teknologi, riset, dan pendidikan yang terdaftar di Hainan FTP.

Dengan dua kebijakan tersebut, pemerintah Hainan berharap tercipta rantai pasok yang efisien dan kompetitif, sehingga Hainan dapat menjadi gerbang utama bagi arus perdagangan internasional ke pasar Tiongkok.
Menanggapi paparan tersebut, Wakil Ketua Harian ICBC Hasan Kosasih Ko menyampaikan apresiasinya terhadap kebijakan baru yang diterapkan Pemerintah Provinsi Hainan.
Menurutnya, Hainan FTP membuka peluang besar bagi dunia usaha Indonesia, khususnya dalam sektor manufaktur, pariwisata, logistik, dan perdagangan jasa.
“Kami melihat Hainan Free Trade Port sebagai salah satu mitra strategis masa depan. Kebijakan bebas tarif dan dukungan pemerintah pusat Tiongkok tentu akan menciptakan peluang besar bagi pelaku usaha Indonesia untuk memperluas jaringan ekspor dan kolaborasi investasi,” ujar Hasan.

Hasan Kosasih Ko, menilai kebijakan Hainan Free Trade Port (FTPtidak hanya membuka peluang ekspor bagi pelaku usaha Indonesia ke pasar Tiongkok, tetapi juga menjadi momentum penting untuk menarik lebih banyak investasi asal Hainan ke Indonesia.
“Dengan kondisi geografis dan iklim Indonesia yang mirip dengan Hainan, peluang kerja sama sangat besar. Banyak perusahaan dari Hainan yang bisa merelokasi investasinya ke sini, terutama di bidang pertanian dan perkebunan,” ujar Hasan Kosasih Ko di Jakarta, Rabu (29/10/2025).
Hasan menjelaskan, pola kerja sama yang ditawarkan Hainan bersifat dua arah. Perusahaan asal Hainan dapat membuka fasilitas produksi di Indonesia, sementara hasil produksinya akan dikirim kembali ke Pulau Hainan untuk diolah lebih lanjut sebelum diekspor ke pasar global.
“Misalnya untuk komoditas kelapa. Mereka menanam di sini, mengelola hasilnya, lalu dikirim kembali ke Pulau Hainan sebelum didistribusikan ke seluruh dunia. Artinya, kita menciptakan lahan produktif di Indonesia, dan mereka membawa teknologi serta keahlian dalam budidaya dan pengemasan produk,” jelasnya.

Hasan mengungkapkan, saat ini setidaknya empat perusahaan asal Hainan telah berinvestasi di sektor kelapa sawit di Indonesia.
Selain sektor perkebunan, potensi kerja sama juga terbuka luas di bidang hasil laut, industri makanan olahan, serta pengembangan rantai pasok produk tropis yang bernilai ekspor tinggi.“Informasi yang saya peroleh, sudah ada empat perusahaan dari Hainan yang berinvestasi di Indonesia di sektor kelapa sawit. Itu belum termasuk potensi besar di sektor hasil laut dan komoditas lainnya,” tutur Hasan.
Sementara itu, anggota sekaligus pengurus ICBC tahun 2022, Willi Halim, menilai peran ICBC semakin penting dalam mempererat hubungan ekonomi dan bisnis antara Indonesia dan Tiongkok.
Menurutnya, berbagai pertemuan dan dialog yang rutin digelar ICBC bersama delegasi dari Tiongkok telah menjadi jembatan efektif untuk memperluas peluang kerja sama lintas sektor, baik di bidang perdagangan, investasi, maupun industri.
“ICBC sering menggelar pertemuan dengan delegasi bisnis dari Tiongkok. Melalui forum-forum seperti ini, banyak peluang kerja sama yang dapat dijembatani, sehingga pelaku usaha Indonesia dapat berinteraksi langsung dengan mitra potensial dari Tiongkok,” ujar Willi Halim.

Willi yang telah aktif di ICBC sejak awal berdirinya pada tahun 2002 menuturkan bahwa perkembangan organisasi ini sangat pesat dan semakin profesional.
Ia mengaku kagum atas kemajuan ICBC dalam mengelola kegiatan, memperluas jaringan, serta meningkatkan kualitas diskusi bisnis yang dihadirkan dalam setiap pertemuan dengan delegasi luar negeri.
“Saya sudah ikut ICBC sejak tahun 2002, sejak awal berdirinya. Sekarang saya melihat ICBC berkembang luar biasa besar dan sangat berbeda dibanding dulu. Pertemuan-pertemuan yang diadakan juga semakin padat, terstruktur, dan bermanfaat. Saya kagum atas kemajuan ini,” ucapnya.

