Headline NewsHealthy Life

Dokter Henry Suhendra: Berjemur Untuk Membentuk Vitamin D Lebih Efektif Usia Produktif

Berjemur untuk mendapatkan vitamin D  menjadi aktivitas kesehatan yang mudah dilakukan. Cukup cari area yang terkena sinar mati dan anda tinggal duduk serta  batasi waktu untuk berjemur. Ternyata bukan itu saja, harus ada yang dperhatikan saat berjemur diri agar vitamin D yang terserap dapat maksimal.

Kepala Bagian Bedah Rumah Sakit Siloam Kebun Jeruk, Jakarta Dr. Henry Suhendra, S.p. OT mengatakan usia menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Usia 40 tahun ke bawah menjadi usia produktif dalam mendapatkan vitamin D saat berjemur. Presentase vitamin D yang diperolehnya pun lebih tinggi dibandingkan usia 60 ke atas. Untuk usia 60 tahun ke atas rata-rata pembentukan vitamin D-nya hanya 25 persen.

Jadi kita ambil contoh kalau seorang umur 30 atau seorang umur 25, dia perlu katakan perlu 10-15 menit katakan. Kalau sudah umur 60 berarti empat kali lipat, dia perlu satu jam. Bisa ga dapat vitamin D, bisa tapi harus satu jam jemur, kulitnya bakal gosong.  Vitamin D-nya ga dapat malah kena masalah,” kata Dokter Henry saat menjadi narasumber dalam program yang ditayangkan EL JOHN TV yakni  ELJOHN Medical Forum. Program ini dipandu host Cinthia Kusuma Rani (Miss Earth Indonesia 2019).

Dokter Henry menyarankan untuk usia 60 ke atas jangan tergantung pada upaya untuk menjemurkan diri, pasalnya akan sia-sia, karena vitamin D yang bentuknya lebih sedikit dibandingkan usia  di bawah 40 tahun. Lebih baik untuk mengkonsumsi suplemen vitamin D, karena asupan vitamin yang didapat lebih banyak.

“Itu sebabnya umur sangat penting. Anjuran saya kalau sudah 60 ke atas, pokoknya usia di atas 40 jangan menggantungkan diri pada jemur, jangan mesti ke arah suplemen.  Boleh ga jemur tapi hanya untuk tambah jangan diharapkan di situ. Mungkin Tuhan adil yah anda sudah umur 60, punya simpenan donk beli lah suplemen. Tapi kalau muda jemur aja tidak usah pakai duit, langsung jemur udah seger,” ucap dokter spesialis ortopedi ini.

Lebih lanjut dokter Henry menjelaskan, saat ini vitamin D hanya dua jenis yakni vitamin D2 dan D3. Untuk vitamin D2 yang dikenal dengan bahasa ke dokterannya ergocalciferol itu merupakan vitamin D yang dihasilkan untuk tanaman. Sedangkan untuk makhluk hidup yang didapat adalah   vitamin D3 dengan bahasa kedokterannya cholecalciferol.  Yang terpenting untuk memperoleh vitamin D3 dengan maksimal pastinya kolesterol stabil dan fungsi ginjalnya harus baik

“Makanya kolesterol tidak boleh terlalu rendah. Karena kalau kolesterol kita anjlok bentuk preformonnya kurang. Itu kalau kena sinar matahari. dia berubah menjadi D3 kemudian ini dalam darah dibawa ke liver berubah lagi menjadi 25 hydrosi D-3 kemudian bawa lagi ke ginjal  baru aktif dia, jadi rumus  kimianya itu 1-25 OH vitamin D3. Jadi harus ada fungsi liver dan fungsi  ginjal,” ujar Dokter Henry.

“Jemur pun kalau lagi aktif  itu perlu fungsi liver sama ginjal, jika orang itu ada gagal ginjal  atau livernya sudah gagal ga bisa dia buat vitamin D. Dia mesti  makan vitamin D Synthetic yang udah jadi,” tambah dokter Henry.

Menurut dokter Henry, dosis yang ideal untuk asupan vitamin D sebanyak 5.000 IU. Jumlah tersebut sudah cukup untuk menguatkan imunitas. Tapi di lain sisi harus juga diperhatikan juga kadar dalam darah.

“Kenapa dipakai 5.000 karena target kita dalam darah harus mencapai 80 sampai 100, itu dikatakan normal tinggi. 80 sampai 100 itu lah yang dikatakan kadar meningkatkan imunitas kita. Dahulu sebelum ada Covid kadar 80 sampai 100 itu yang bersifat melindungi pada penyakit jantung, terhadap jenis-jenis kanker dan sekarang melindungi terhadap Covid-19. Jadi harus dicapai 80 sampai 100,” ungkap dokter Henry.

Di kesempatan ini, dokter Henry juga meminta masyarakat untuk bijak dalam mengkonsumsi vitamin D. Tidak boleh berlebihan yang  dikhawatirkan akan menimbulkan keracunan. Kendati demikian ada juga faktor lain  yang ditimbulkan  yakni  kadar darah yang berlebihan,

“Tetapi untuk mencapai terjadi keracunan itu, perlu dalam darah 300 nanogram  permililiter kadar vitamin D. Makanya ada persatuan vitamin D di luar namanya Vitamin D Council, di Uk di USA juga ada. Itu membatasi bahwa toksisitas itu hati-hati di 150 padahal itu dalam penelitian 300, supaya ada safety margin, mereka setelah ada kesepakatan ahli-ahli itu bilang sudah tulis aja 150. Jadi kalau 150 masih kelebihan ya ga pa-pa. Sebenarnya yang bahaya itu 300,” kata dokter Henry

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button