Gempa Bumi Di Wilayah Donggala Mengikuti Pola Patahan Palu-Koro
Sebagaimana diketahui, Jumat, 28 September 2018, pukul 17:02 WIB, gempa bumi telah terjadi di wilayah Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Gempa dengan magnitude mencapai 7,4 Skala Richter (SR) ini berpusat pada koordinat 0,178(S-119,840(N (25 km timur laut Donggala) pada kedalaman 10 km. Selain menyebabkan korban jiwa serta merusak bangunan vital, gempa juga diikuti oleh tsunami dengan ketinggian gelombang 1,5 hingga 2 meter yang melanda pantai Kota Palu.
Kepala Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono mengungkapkan, berdasar data-data titik pusat gempa bumi dan peta patahan aktif yang dimiliki Badan Geologi, tampak bahwa rangkaian gempa bumi ini sangat jelas mengikuti pola patahan Palu-Koro. Patahan Palu Koro merupakan salah satu patahan aktif di Indonesia yang memotong wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
“Badan Geologi telah melakukan penelitian dan pemetaan terkait patahan Palu-Koro ini dan diketahui bahwa patahan ini melintang dengan arah relatif utara-selatan mulai dari Tanjung Mangkaliat di Kalimantan Utara hingga perbatasan Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara dengan panjang +- 330 kilometer. Patahan Palu – Koro merupakan jenis patahan mendatar mengiri tipe bercabang (bifurcation) seperti patahan Alpina,” terang Eko dalam siaran pers, Minggu 30 September 2018.
Gempa bumi merusak sering terjadi di sepanjang lajur patahan ini seperti terjadi pada tahun 1927, 1938, 1985, 1998, 2007 dan 2012. Gempabumi ini mencapai intensitas maksimum VII – VIII pada skala MMI. Nilai intensitas tersebut diperkirakan setara dengan nilai percepatan gempa bumi 0,5 – 0,6 g. Patahan Palu-Koro merupakan patahan aktif dengan indikasi neotektonik berupa struktur geologi yang memotong endapan berumur Kuarter. “Berdasarkan analisis pentarikhan umur dengan metode Radiocarbon diketahui bahwa pergerakan tektonik Kuarter tersebut pernah terjadi setelah 26750 ? 700 BP dan 1790 ? 200 BP,” ungkap Eko.
Lebih lanjut Eko juga menjelaskan bahwa dari analisis struktur geologi berdasarkan data Nodal Plane Focal Mechanism dari USGS diketahui bahwa gempa bumi Donggala ini disebabkan oleh pergeseran patahan mendatar aktif Palu-Koro yang merupakan patahan dengan klasifikasi pergeseran patahan mendatar mengiri-turun (left-normal strike-slip fault). Berdasarkan analisis yang sama, tsunami diduga akibat foot wall dari Patahan Palu-Koro di sebelah barat (pada dasar laut) bergeser mendatar mengiri-naik sedikit, sehingga air laut terlempar ke atas, dan menjadi gelombang air laut yang menerjang pantai Palu dan sekitarnya.
“Dengan terjadinya gempa bumi ini, Badan Geologi mengharapkan agar masyarakat yang berada di sepanjang jalur Patahan Palu-Koro mewaspadai terjadinya gempa-gempa lain yang mungkin terjadi,” pungkas Eko.
Sebagaimana disampaikan juga oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM, masyarakat juga diminta untuk tetap wasapada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang energinya lebih kecil dari kejadian gempa bumi utama.
Tim tanggap darurat Badan Geologi juga segera diberangkatkan ke lokasi bencana untuk memeriksa dampak gempa bumi dan tsunami yang mungkin dipicu oleh kejadian gempa bumi ini.
Untuk itu, masyarakat diminta tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.