Kawasan Ekowisata Mangrove Kini Hadir di Wakatobi

Wahana rekreasi dan edukasi hadir di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tepatnya di Desa Tampara, Kecamatan Kaledupa Selatan, dengan diresmikannya kawasan ekowisata mangrove pada Rabu (27/11/2019).
Hadirnya kawasan ekowisata mangrove di Desa Tampara Kecamatan Kaledupa Selatan ini didukung oleh Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan PT First State Investment Indonesia, melalui dana filantropi salah satureksadananya yaitu First State IndoEquity Peka Fund yang secara aktif menyalurkan danasosial sejak 2011.
Tidak hanya menikmati hamparan mangrove yang asri, pengunjung juga bisa mengenal lebih jauh ekosistem mangrove. Kawasan ekowisata mangrove di Desa Tampara ini dilengkapi jembatan titian, pusat informasi dan penjualan cinderamata hasil karya warga setempat. Selain itu juga ada menara pantau apung untuk melakukan wisata pemantauan burung serta fasilitas perahu jika pengunjung berminat menyusuri kawasan mangrove.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem terpenting pada kawasan pesisir. Di banyak wilayah pesisir, masyarakat sangat bergantung pada jasa lingkungan yang disediakan oleh ekosistem mangrove.
“Ekosistem mangrove yang sehat mendukung produktivitas perikanan. Selain itu, ekosistem mangrove juga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal terkait mata pencaharian berkelanjutan dan inisiatif yang menghasilkan pendapatan, termasuk ekowisata dan kegiatan rekreasi lainnya,” ujar Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman.
Terletak di Pulau Kaledupa, bagian selatan Desa Tampara memiliki tutupan hutan mangroveyang rapat. Total luasnya 37,5 hektar, dengan 9 jenis mangrove. hutan mangrove di Desa Tampara merupakan rumah bagi 33 spesies burung.
Khusus pada vegetasi mangrove dapat ditemukan burung-burung pergam, kacamata, cabai, kepudang, dan elang. Selain itu, di jalur mangrove juga dapat ditemukan burung Penggunting-laut belang yang berstatus rentan, serta Gajahan timur dan Kedidibesar yang berstatus genting, terutama saat surut dan di bagian yang berlumpur (International Union for Conservation of Nature, 2019).
Dengan segenap potensi alamnya, Desa Tampara bersiap menjadi desa wisata di Wakatobi.