Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Melihat aktivitas Bekantan di Kota Tarakan

0

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan

Tidak selamanya kawasan konservasi fauna berada di pedalaman ataupun area-area terpencil yang sulit di akses. Apa yang dimiliki Tarakan begitu mengagumkan karena membuat secuil dari wilayah pusat kota menjadi Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB). Kawasan ini berada di sepanjang Jalan Gajah Mada sekira 1 kilometer dari pusat kota. Bekantan, si monyet berhidung panjang dan besar ini merupakan penghuni utama hutan tersebut. Asal hewan endemik dari Kalimantan ini dihiasi bulu-bulu berwarna cokelat kemerahan dan sering juga disebut sebagai monyet Arborial Old World.

Karena mereka tergolong primata yang tidak agresif, banyak tangan-tangan manusia yang memburunya sehingga bekantan kini termasuk dalam daftar merah spesies yang terancam punah di International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Habitat asli bekantan tersebar di sejumlah wilayah di Kalimantan seperti Taman Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional Gunung Palung, Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Kutai. Seperti halnya primata lain yang hidup berkelompok, kawanan bekantan juga memiliki pejantan dominan yang ditakuti oleh anggota kelompoknya.

Di KKMB ketua kelompok tersebut diberi nama John dan jumlah anggotanya hingga 35 ekor. Jumlah kelompok yang begitu banyak karena biasanya satu ekor bekantan hanya mampu memimpin 19 anggota. KKMB diresmikan oleh Walikota pertama Tarakan yaitu Jusuf SK. Ia yang memutuskan bahwa kota ini perlu memiliki hutan lindung magrove seluas 9 hektar. Pada awalnya hanya ada dua ekor bekantan yang tinggal, tapi kemudian berkembang biak menjadi 35 ekor yang terdiri dari bekantan dewasa, bekantan muda dan bayi bekantan.

Walaupun bekantan tergolong pemalu, tapi di KKMB Anda bisa dengan mudah mengambil gambar karena mereka tidak pergi begitu saja. Jarak terdekat yang bisa Anda miliki adalah sekira 5 meter dari para bekantan. Primata ini juga tergolong unik karena makanan pokoknya bukanlah pisang seperti yang kerap dilahap primata lain. Bekantan menyukai daun bakau dan buah-buahan, inilah sebabnya mengapa mereka sulit dijauhkan dari hutan bakau. Selain menciptakan lingkungan yang ramah lingkungan, taman juga berfungsi sebagai pusat pendidikan ekowisata untuk anak-anak dan orang dewasa.

Keindahan lain hutan bakau terjadi ketika fenomena air pasang surut. Anda dapat melihat pucuk pohon menjuntai sampai ke akar-akar tunjang dan menyentuh lumpur, sementara itu bekantan bermain di antara pohon sambil mencari ikan dan kepiting. Surutnya air akan menghasilkan gundukan tanah tempat berkumpulnya kepiting dengan bermacam spesies. Ketika air pasang setinggi 60 cm dari dasar pantai, Anda bisa melihat ular-ular laut berenang, ikan julung-julung dan berbagai biota laut lainnya. Bahkan pernah terlihat kawanan berang-berang laut yang jumlahnya kadang mencapai ratusan berimigrasi dari laut ke KKMB.

Bandara Internasional Juwata di Tarakan melayani penerbangan dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Banjarmasin, Balikpapan, Malinau, Tanjung Selor, serta Tawau dan Kota Kinabalu (Malaysia). Maskapai yang beroperasi antara lain Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Susi Air, Kalstar Aviation, dan Maswings. Dari bandara terdapat taksi resmi yang dapat mengantar Anda berkeliling Kota Tarakan, termasuk ke Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan. Untuk transportasi laut, kota ini memiliki 4 pelabuhan yaitu Tengkayu Pelabuhan I, Tengkayu Pelabuhan II, Pelabuhan Malundung, dan Pelabuhan Laut Juwata. Melalui jalur laut, Tarakan dihubungkan dengan Kota Tawau, Sabah, Malaysia dan Pulau Jawa serta Sulawesi. (arf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *