Krista Exhibitions Bersama PSMTI Sukses Gelar Kontes Busana Peranakan

0

Dalam rangka menyambut HUT RI ke-79, PT. Krista Exhibitions bekerja sama dengan Departemen Kaderisasi, Pemuda dan Pengembangan PSMTI Pusat menggelar kontes busana peranakan. Kontes ini diadakan bersamaan dengan pameran IGT dan ILF di Jiexpo Hall B, Kemayoran, Jakarta Utara, Jumat (2/8/2024).

Dengan bertema ‘Memperagakan mode busana Peranakan dengan memadukan dua kultur yaitu Batik dan Cheongsam’, kontes busana ini diikuti oleh 38 peserta wanita dari berbagai usia dan daerah.

Terdapat tiga juri yang menilai kontes busana ini, yakni CMO Krista Exhibitions dan Kepala Departemen Pengembangan PSMTI Pusat, Christina Sudjie; Pembina Yayasan Sekar Ayu Jiwanta, Emi Wiranto; dan Founder of Riana Kesuma Batik, Riana Kesuma.

Para peserta tampil berlenggak-lenggok di atas panggung dan di hadapan penonton serta juri memamerkan busana peranakan yang mereka pakai.

Salah satu juri, Christina Sudjie, mengaku senang bisa menyelenggarakan kontes busana yang memadukan batik dan cheongsam.

“Kita tidak pernah bisa pilih kita lahir di mana, Tuhan yang memilih itu, di mana kita ditetapkan mari kita ada unity dan this is unity for Indonesia. Hal yang bisa kita lakukan sebagai perempuan ya kita berpakaiannya bisa memancarkan apa yang ada di Indonesia dan apa juga yang etnis Tionghoa ada,” jelas Christina.

Christina mengatakan, kontes busana peranakan ini bisa menjadi wadah untuk memperkenalkan PSMTI lebih luas kepada masyarakat, dapat menyatukan perbedaan seperti agama, ras, suku, serta dapat memadukan antara batik dan cheongsam.

“Seluruh dunia mengenal batik Indonesia, jadi kita bangga akan batik Indonesia, ke mana-mana kalau saya keluar negeri siapapun teman-teman saya yang keluar negeri, pasti di dalam koper ada bawa batik. Pasti ada salah satu hari atau dua hari kita pakai batik menunjukkan kita orang Indonesia. Kalau cheongsam adalah model di mana baju dari etnis Tionghoa biasa memakai,” jelas Christina.

Christina menjelaskan, ada beberapa aspek penilaian juri kepada peserta, seperti corak, keunikan pakaian, kesesuaian antara rambut dengan busananya, hingga menilai cara jalan dan tatapan wajah saat di atas panggung.

Christine berharap, kontes busana peranakan ini dapat terus diadakan dan bisa membuat kontes ini lebih baik lagi.

“Saya senang sekali bisa melahirkan acara ini bersama PSMTI dan teman-teman saya yang mendukung. Kita mau lanjutkan terus karena kita melihat ini baik dan sambutannya baik. Tujuan kita untuk Indonesia dan kemerdekaan sebentar lagi,” ujar Christine.

Sementara itu, Sekretaris WKU Departemen Kaderisasi, Pemuda dan Pengembangan PSMTI Pusat Mei sangat antusias melihat para peserta datang berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk mengikuti kontes busana peranakan ini.

“Sebagai catatan, kebudayaan ini adalah kebudayaan Tionghoa yang berakulturasi dengan Indonesia. Dapat kita lihat bentuk kerahnya cheongsam, dan bahannya batik nusantara. Tidak ada kesulitan (untuk acara ini) dan saya berharap ini bisa berkesinambungan dan masyarakat lebih mencintai batik nusantara,” ucap Mei.

Salah satu peserta, Giovanni (26) mengaku tidak menyangka bisa meraih juara pertama dalam kontes busana peranakan.

“Ini adalah pertama kalinya saya mengikuti kontes seperti ini. Di balik itu semua, sebenarnya saya malah kagum ke kontestan lain dengan aksi panggungnya. Saya bisa melihat bagaimana varian dari batik peranakan itu ternyata berbagai macam dan sangat indah,” ucap Giovanni.

Giovanni mendapatkan informasi terkait kontes ini berawal dari brosur. Setelah itu, ia langsung mencari bahan dan menyiapkan busana dalam kurun waktu tiga minggu. Ia tidak pernah terpikirkan bahwa cheongsam dan batik dapat dipadukan dengan sempurna.

“Karena memang konsepnya unik ya, batik peranakan. Makanya saya merasa ini nggak bisa dibeli, jadi saya bikin sendiri. Jujur ada (kesulitan) karena saya pernah berpikir bagaimana cara memadukan cheongsam dengan baik karena saya merasa masing-masing punya karakter yang berbeda. Ternyata di balik semua perbedaan ini, justru memberikan harmoni yang sangat baik,” jelas Giovanni.

Giovanni mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, seperti keluarga hingga perancang busananya yang telah berkontribusi menyatukan ide-ide membuat busana.

“Saya merasa bahwa kontes mode bukan kompetisi, tapi sebenarnya adalah ajang persahabatan di mana kita semua saling mendukung, kita happy, kita jalan di panggung. Itu sebenarnya bukan untuk menunjukkan siapa lebih baik dari siapa, tapi untuk menunjukkan kekayaan daripada budaya Indonesia, terutama perpaduan cheongsam dengan batik bahwa sebenarnya Indonesia ini sangat kaya,” tutup Giovanni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *