Lemper, sandwich ala Indonesia
Ketika masa kecil dulu mungkin anda mungkin sering mengingat kalau kita ke pasar bersama ibu untuk ikut belanja, biasanya kita melihat banyak sekali yang menjajakan kue tradisional dan salah satunya anda pasti mengenal Lemper. Saat sekarang masih banyak orang yang membuatnya untuk sajian arisan, pengajian, khitanan dan lain-lain. Kue ini memiliki rasa yang gurih karena pada umumnya pada bagian tengahnya diberi bahan abon baik yang sudah jadi maupun buatan sendiri. Kue ini cenderung sangat sederhana dan cepat untuk membuatnya, sehingga mungkin faktor inilah salah satu hal yang membuat kue ini banyak orang yang suka membuatnya dalam berbagai keperluan, disamping rasanya yang gurih dan nikmat. Selain itu karena terbuat dari beras ketan maka kue lemper juga bisa membuat perut kita kenyang, karena seperti kita tahu ketan juga salah satu sumber karbohidrat. Kue ini terkenal di seluruh Indonesia sebagai pengganjal perut sebelum memasuki tahap makan besar.
Lemper masih sangat mudah didapat terutama di pasar-pasar tradisional. Di daerah tertentu khususnya Jawa, Lemper masih digunakan dalam beberapa upacara keagamaan. Lemper adalah makanan cemilan ringan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Lemper mengandung energi sebesar 177 kilokalori, protein 3 gram, karbohidrat 34,7 gram, lemak 2,9 gram, kalsium 0,01 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0,44 miligram. Selain itu di dalam Lemper juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 80 gram Lemper, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
Lemper adalah makanan tradisional yang berbahan dasar ketan, yang biasanya di isi dengan daging ayam atau Lemper isi daging sapi, ada juga yang di isi dengan abon maupun kelapa parut yang diberi bumbu atau sering disebut srundeng. Pembuatan lemper mencakup persiapan cincang daging ayam dan menanak ketan seperti menanak nasi. Selanjutnya, daging ayam yang sudah dicincang dibungkus dengan ketan, lalu ketan ini dibungkus lagi dengan daun pisang dalam bentuk besar memanjang bentuknya seperti lontong , selanjutnya dikukus sampai masak dan didinginkan, setelah dingin bungkusan lemper yang memanjang itu diiris-iris melintang dengan ketebalan sesuai keinginan sehingga isi cincangan daging ayam terlihat.
Dan konon katanya apabila di suatu hajatan tidak ada makanan yang bernama lemper ini, hajatan akan terasa cemplang dan kurang greget. Dan entah mengapa isi yang terkandung di dalam lemper dari dulu sampai sekarang tidak mengalami perkembangan yang berarti, hanya berkutat pada abon atau daging kecil-kecil. Dalam variasi pembuatan lemper ini sekarang sudah berubah terutama yang dikomersilkan yaitu setelah ketan masak dan diisi dengan cincang daging ayam, besar ukurannya langsung sesuai ukuran yang ditentukan kemudian digulung dengan pembungkus plastik rangkap dua bersilangan, setelah itu di isolasi dengan isolasi transparan tanpa melalui proses pengukusan dan langsung dijual hal ini untuk menghemat waktu dan biaya. Terdapat variasi dari lemper, yang menggunakan pelapis krep (crepe) terbuat dari tepung, bumbu dan telur kemudian digoreng dikenal sebagai semar mendem. Orang mengenal pula arem-arem yang menggunakan nasi alih-alih ketan. (arf)