Mau Merasakan Kentalnya Budaya Bali Datang ke Desa Wisata Penglipuran

0
desa wisata penglipuran

Tampil bersih menjadikan salah satu moto yang dipegang Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali. Pantas jika Desa ini meraih Desa terbersih didunia bersama dua Desa lainnya yakni  Desa di India dan Belanda. Bukan hanya itu, penghargaan lainnya juga pernah disabet Desa Penglipuran seperti  Penghargaan Kalpataru pada tahun 1995 dan  penghargaan dari situs bombastis.com. Dari informasi di berbagai media massa,  Desa Wisata yang satu ini dapat dikunjungi rata-rata  500 hingga 600 wisatawan mancanegara maupun nusantara setiap harinya.

Prestasi yang didapatkan desa Penglipuran, membuat Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kepincut agar Desa Wisata Penglipuran ditampilkan  di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepariwisataan ke-II di Hotel Bidakara, Jakarta, pada hari Kamis dan Jumat, 18-19 Mei 2017. Booth Desa  Wisata Penglipuran akhirnya  hadir di Rakornas ke-II ini dan selalu siap memberikan paparannya kepada setiap pengunjung.

Yang namanya  wisata pasti ada yang ditonjolkan, begitu juga dengan Desa Wisata Penglipuran yang  menonjolkan tradisional Bali,  baik dari arsitektur rumah maupaun atraksi. Untuk arsitekturnya, seluruh rumah di  Desa Penglipuran tidak menghilangkan sama sekali budaya Bali dan terus konsisten untuk mempertahankan keunikan desanya.  Selain itu, pintu gerbang disetiap rumah di Desa Penglipuran sama,  yang hanya muat satu orang.

“Mereka akan menikmati Desa Penglipuran yaitu tata ruangnya masih mempertahankan tata ruang desa adat Bali. Ia akan masuk ke rumah-rumah penduduk dipersilahkan melihat bangunan-bangunan tradisional  angkul-angkulnya sama angkul-angkul itu pintu gerbang masuk  ke perkarangan,” kata Ketua Desa Wisata Penglipuran I Nengah Moneng saat wawancara dengan redaksi EL JOHN News di sela-sela acara Rakornas Kepariwisataan ke-II tahun 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis 18 Mei 2017.

Moneng menjelaskan, selain melihat bangunan rumah, para wisatawan akan disuguhkan berbagai atraksi,  seperti pertunjukan tari-tarian sekaligus mempelajari tarian tersebut, belajar cara membuet benjor dan menikmati game tradisional.   Tak hanya itu, para wisatawan juga diajak ke hutan bambu yang luasnya mencapai  45 hektar  dan kini telah dikonservasi. Konservasi  hutan bambu  inilah yang mengantarkan Desa Penglipuran meraih peghargaan Kalpataru pada tahun 1995 silam.

Meski sudah dimeraih  berbagai penghargaan, Desa Wisata Penglipuran tidak akan berdiam diri. Desa Wisata di kabupaten yang tak memiliki pantai ini,  masih terus mengembangkan dirinya dengan memperbanyak homestay yang ada.

“Kita akan mengembangkan homestay sebab ada request tamu yang menginap itu kewalahan jumlah. Baru 40  homestay sampe type B nya kalo ada seratus tamu yang datang, kita pakai rumah penduduk, kita survey dulu kalo cocok yah silahkan.  Kita belum punya target, karena kita harus berunding dulu sama desa adat,” ujar Moneng.

Menurut Moneng, Untuk menuju ke Desa Wisata Penglipuran tidak terlalu sulit dan tidak memakan waktu yang terlalu  lama. Dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, wisatawan hanya memerlukan waktu  satu  setengah jam menuju Desa Wisata Penglipuran melalui jalur darat.  Untuk masuk ke Desa Wisata Penglipuran, para wisatawan akan dikenakan biaya. Biaya yang ditetapkan pengelola Desa Wisata Penglipuran tidak mahal.

“Kalo aksesbilitinya cukup bagus kalo dari bandara hanya satu setengah jam cukup nanti disana seperti peraturan bupati itu kena tiket. Kalo tamu asing itu Rp 30 ribu yang dewasa,  kalo anak-anak tamu asing Rp 25 ribu.  kalo  tamu domestic Rp 15 ribu  yang dewasa, kalo anak-anak hanya Rp 10 ribu,”  ungkap Moneng.  Di akhir wawancara Moneng menyarankan bagi wisatawan yang ingin mengetahui secara detail tentang Desa Wisata Penglipuran bisa mengakses www.penglipuran.com atau www.cbtbali.com.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *