Mengintip Sejarah Nama Jalan Malioboro Yogyakarta

0
10-1024x685

Romantisme Yogyakarta selalu terpaut dengan Jalan Malioboro. Merangkum semua menjadi kenangan bagi setiap orang yang pernah mengunjungi kota yang juga dijuluki kota pelajar itu.

Seni, tradisi lokal, kuliner tradisional, musisi jalanan, atraksi dan produk budaya menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan gemerlap khas kota modern, semisal mal, butik atau restoran fast food ikut meramaikan lanskap Malioboro sebagai ikon yang mendunia.

Bagaimana sebenarnya sejarah Jalan Malioboro hingga bertransformasi seperti sekarang?

Jalan legendaris ini memanjang dari Tugu Yogyakarta menuju perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Keberadaannya merupakan garis imajiner Keraton Yogyakarta yang terdiri dari ruas Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo. Nama lama ini resmi digunakan kembali oleh Sultan Hamengku Buwono X sejak 20 Desember 2013. Setelah sebelumnya dikenal dengan Jalan Pangeran Mangkubumi (Margo Utomo) dan Jalan Achmad Yani (Margo Mulyo).

Didirikan bertepatan dengan pendirian Keraton Ngayogyarta “malioboro” artinya merujuk pada karangan bunga. Konon ketika ada perhelatan besar, sepanjang Jalan Malioboro zaman baheula dipenuhi karangan bunga nan cantik. Kata Malioboro juga diperkirakan terinspirasi dari nama kota di Wiltshire, Inggris, yaitu Marlborough di mana John Churchill, seorang jenderal ternama diberi gelar 1st Duke of Marlborough. Pada zaman Gubernur Jenderal Inggris Joseph Collet di Bengkulu mendirikan benteng  1714 sampai 1741, gelar sang jenderal didedikasikan menjadi Benteng Fort Marlborough.

Sekarang eksistensi Jalan Malioboro dikenal lewat jejeran pedagang kali lima yang menjual batik, kerajinan tangan dan angkringan di malam hari di depan toko yang berbaris. Seniman jalanan seperti pengamen, penari, pelukis dan sebagainya menjadikan keberadaan Malioboro makin unik bagi wisatawan. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh pelancong di sini. Sebut saja berburu barang antik dan kerajinan tangan atau menjajal keterampilan menawar batik di Pasar Beringharjo.

Foto: Toploadingforlife.com

Jika merasa lelah, penarik andong akan dengan ramah mengantar sembari menikmati suasana Malioboro sampai puas. Beberapa objek wisata sejarah bisa menjadi pilihan di sekitaran Malioboro. Silakan menelusuri Tugu Yogyakarta, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. Dapat juga mengakhiri napak tilas Malioboro di Keraton Ngayogyakarta yang berhadapan dengan alun-alun kota.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *