MICE Indonesia Menuju Keberlanjutan: Pemerintah dan Sektor Bisnis Bersatu untuk 2025
Industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) Indonesia kini memasuki babak baru dalam upaya memperkokohkan posisinya di kancah global.
Pameran INDES (Indonesia Exhibition Show) yang ke-4 dan IBEF (Indonesia Business Event Forum) ke-9, yang berlangsung pada tanggal 5-6 November 2024 di Jakarta Convention Center, menjadi bukti nyata komitmen sektor ini dalam mendongkrak perekonomian nasional.
Dengan menghadirkan para pemangku kepentingan dari sektor bisnis dan pemerintah, acara tersebut menjadi momentum penting untuk menunjukkan potensi besar industri MICE Indonesia, terutama di bidang pameran dan konferensi, yang diprediksi mampu memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Ketua Umum ASPERAPI (Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia), Hosea Andreas Runkat, menegaskan bahwa penyelenggaraan INDES dan IBEF bukan sekadar ajang promosi, melainkan wujud dari tekad Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri MICE dunia. Dalam sambutannya, Hosea yang akrab disapa Andre, menyatakan bahwa acara ini merupakan “show of force” bagi Indonesia untuk menegaskan bahwa industri pameran nasional sudah siap bersaing di pasar global.
“Pameran ini adalah langkah besar untuk memperkenalkan potensi industri MICE Indonesia kepada dunia. Kami ingin menunjukkan bahwa sektor pameran Indonesia tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dengan kerja keras dan kolaborasi antara sektor bisnis dan pemerintah, kami yakin industri ini bisa tumbuh pesat dan memberikan dampak besar terhadap perekonomian,” ujar Andre, yang juga menggarisbawahi pentingnya sinergi antara sektor bisnis dan pemerintah.
Andre juga berharap bahwa pemerintah bisa lebih memahami dinamika sektor MICE dan memberikan dukungan yang lebih besar untuk pengembangan industri ini, terutama dalam lima tahun ke depan. Tantangan terbesar bagi industri MICE Indonesia, menurutnya, adalah menjaga kelancaran kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, baik itu dari sektor pemerintah maupun sektor swasta.
Mewakili pemerintah, Firnandi Gufron, Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (MICE) dari Kemenparekraf, mengungkapkan bahwa pemerintah sangat mendukung sektor MICE karena kontribusinya yang besar terhadap sektor pariwisata dan ekonomi Indonesia. Menurut Firnandi, satu event MICE internasional dapat mendatangkan hingga 2.000 peserta yang berkontribusi langsung pada sektor-sektor terkait, seperti perhotelan, transportasi, dan restoran.
“Industri MICE sangat penting bagi perekonomian kita. Kami berharap, melalui penyelenggaraan event besar seperti INDES dan IBEF, sektor ini bisa semakin berkembang dan memberikan dampak nyata bagi perekonomian nasional,” jelas Firnandi.
Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan, pemerintah juga tengah mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk mendukung pengembangan MICE yang ramah lingkungan. “Kami sedang memetakan venue-venue yang sudah memenuhi standar keberlanjutan dan akan mengupgrade yang belum memenuhi standar internasional. Kami berharap pada tahun 2030, sektor MICE Indonesia sudah siap dengan berbagai fasilitas yang memenuhi standar keberlanjutan,” tambah Firnandi.
Pemerintah juga meluncurkan platform MICE.id, sebuah portal informasi yang bertujuan untuk menghubungkan semua pemangku kepentingan dalam industri MICE, mulai dari penyelenggara event, hotel, venue, hingga transportasi. “Dengan adanya MICE.id, kami berharap sektor MICE Indonesia bisa lebih terorganisir dan memudahkan para pelaku bisnis untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terkini,” jelas Firnandi.
Dalam acara yang sama, Mark Cochrane, Regional Director Asia/Pacific dari UFI (Global Association of the Exhibition Industry), menyampaikan pandangannya tentang potensi industri pameran Indonesia. Mark menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu pasar paling menjanjikan di Asia dengan pertumbuhan yang sangat pesat. “Indonesia memiliki banyak potensi dan peluang besar di industri pameran. Investasi dalam infrastruktur seperti venue besar yang baru dibangun dengan kapasitas hingga 60.000 m², akan semakin memperkuat posisi Indonesia di pasar MICE internasional,” ujar Mark.
Namun, Mark juga mengingatkan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi sektor pameran di Asia adalah melambatnya perekonomian global, terutama di China, yang berpotensi berdampak pada banyak event internasional. Meski demikian, Indonesia tetap menjadi pasar yang menarik bagi para pelaku industri global yang ingin memperluas jaringan mereka di Asia Tenggara.
Sebagai bagian dari upaya global untuk mencapai keberlanjutan, UFI telah mengadopsi Net Zero Carbon Events, yaitu komitmen untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050. “Kami mengajak semua anggota UFI untuk berpartisipasi dalam inisiatif ini, karena keberlanjutan menjadi fokus utama dalam industri pameran ke depan,” tambah Mark.
Keberhasilan acara INDES dan IBEF tidak lepas dari kolaborasi yang kuat antara sektor bisnis, pemerintah, dan organisasi internasional seperti UFI. Semakin banyak pemain internasional yang tertarik dengan pasar Indonesia, serta adanya dorongan untuk menghadirkan acara yang lebih berkelanjutan, membuat prospek industri pameran di Indonesia semakin cerah.
Melihat ke depan, acara INDES dan IBEF 2025 diprediksi akan semakin besar dan lebih beragam. Bahkan, kedua acara tersebut rencananya akan digabungkan dengan Kongres Asian Federation of Exhibition and Convention Associations (AFECA) yang akan diselenggarakan pada November 2025. Dengan menggabungkan acara-acara besar ini, Indonesia berharap bisa meningkatkan partisipasi internasional dan semakin memperkuat posisinya sebagai pusat industri MICE di Asia.
Melalui berbagai inisiatif dan dukungan yang terus berkembang, industri MICE Indonesia semakin siap untuk menjadi pemain kunci dalam pasar global. “Kami yakin bahwa acara ini akan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia siap untuk bersaing di level internasional,” tutup Andre, Ketua Umum ASPERAPI.