Mulai Sekarang Kurangi Sampah Plastik Saat Berwisata Bahari

0
Photo 2

Kembali meningkatnya  aktivitas wisata bahari seiring dapat dikendalikannya kasus Covid-19   menjadi era kebangkitan pariwisata tanah air. Kondisi ini, harus dipertahankan agar sektor pariwisata dapat menjadi sektor  pendongkrak devisa negara.

Namun dibalik itu, perlu diingat harus ada kepatuhan yang dijalankan pengelola penyedia wisata bahari maupun para wisatawan dalam menjaga laut maupun biota di dalamnya. Jika ini tidak dipatuhi secara benar maka tidak menutup kemungkinan perairan di Indonesia akan tertutup dengan sampah plastik. Karena itu mulai sekarang kurangi dan memilah sampah dari rumah dan saat berwisata agar di masa yang akan datang tidak ada lagi plastik yang tertelan saat menyelam.

Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) M. Reza Cordova memaparkan hasil penelitian lapangan dari program MicroSEAP, program kolaborasi antara BRIN, DCA dan Burung Indonesia dengan University of Portsmouth UK.

MicroSEAP adalah sebuah program riset kolaborasi untuk mendapatkan data terkait bagaimana mikroplastik memberikan dampak pada perairan, biota laut, serta memberikan rekomendasi terkait kebijakan di Indonesia dalam sudut pandang regional ASEAN.

Pemaparan ini, disampaikan Reza saat  menjadi narasumber dalam acara  talkshow yang dilangsungkan saat Pameran Deep and Extreme 2022 di Hall A Jakarta Convention Center (JCC) beberapa waktu lalu, dengan mengangkat tema “Sambil Menyelam Minum Sampah?”.

Talkshow ini digelar sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat, khususnya para penyelam, terkait ancaman mikroplastik terhadap lingkungan, aktivitas penyelaman serta dampaknya bagi kesehatan masyarakat

Selain Reza, narasumber yang ikut dalam talkshow adalah Swietenia Puspa Lestari (Founder Divers clean Action), Dr Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, (Nutrionis Febrian (Influencer & Travel Blogger) dan Marischka Prudence  (Influencer & Travel Blogger)  

Reza menyampaikan dengan menggunakan metode pemodelan yang juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia, hasil riset Science Advances pada tahun 2021 menemukan bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima, dari sebelumnya peringkat kedua, penyumbang sampah ke lautan dunia. Dimana diperkirakan, lebih dari 500.000 ton sampah bocor ke laut setiap tahunnya.

“Namun, tingkat mikroplastik yang ditemukan baik di air, sedimen, dan biota laut semakin meningkat. Contohnya, pada sampel kerang hijau di Jakarta, telah meningkat dari 70% mengandung mikroplastik sekarang sudah 100%. Selain itu tidak hanya di air, namun juga di udara Jakarta, mikroplastik sudah ditemukan,” sambungnya.

Pernyataan  Reza diperkuat oleh Dr. Rita Ramayulis, DCN, MKes. Ketua Indonesia Asosiasi Ahli Gizi Olahraga (ISNA) ini mengatakan dari sudut pandang kesehatan, mikroplastik ternyata memiliki dampak buruk untuk tubuh manusia, utama bagi saluran pencernaan dan pernafasan.

“Jika mikroplastik sudah masuk ke dalam tubuh, cara menurunkan efek dan risiko seperti menjadi penyebab kanker dan gangguan organ reproduksi, dan atau penyakit lainnya adalah kita dapat meningkatkan barrier tubuh kita agar dapat mengeluarkan mikroplastik yakni: meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan fungsi sel-sel imunitas, dan meningkatkan pengeluaran cairan melalui urin dan keringat,” ujar Dr. Rita.

Sementara itu, Marischka Prudence mengatakan aktivitas manusia, termasuk kegiatan pariwisata berpotensi menghasilkan sampah dan tentu saja bisa berdampak buruk bagi kebersihan dan kelestarian lingkungan dan dirasakan pula oleh para penikmat wisata selam, diving influencer dan travel blogger.

“Influencer dapat mengajak untuk mengurangi dan menanggulangi sampah melalui konten yang menarik, namun aksi bersih-bersih saja memang tidak cukup. Hal ini harus dibarengi dengan dukungan pemerintah melalui kebijakan dan implementasi yang tegas,” ungkapnya,

Ilustrasi

Apa yang disampaikan Maria didukung oleh Febrian. Ia menyebut peraturan terkait sampah belum terlaksana dengan baik. Hal tersebut dirasakan Febrian saat berkeliling ke Indonesia.

“Melihat pengalaman saya berkeliling Indonesia, meman peraturan terkait sampah belum merata dan belum tersosialisasi dengan baik sehingga kampanye tidak dapat maksimal dilakukan untuk mendorong perubahan perilaku baik wisatawan dan penduduk lokal,” tutur Febrian

“Sehingga ketika mengedepankan peraturan merata dan perubahan perilaku yang baik dari seluruh lapisan masyarakat, kita tidak lagi menyelam sambil minum sampah,” tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *