Mung Na: “Belajar Mandarin Bukan Hanya Bahasa, Tapi Budaya”

Bahasa Mandarin di era global yang semakin terhubung, terutama dengan meningkatnya ekspansi perusahaan-perusahaan asal Tiongkok ke Indonesia. Hal tersebut disampaikan pengajar profesional bahasa Mandarin Mung Na, saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional “The Power of Rising Star”, yang diselenggarakan Yayasan EL JOHN Indonesia dan EL JOHN Academy di Merlyn Park Hotel, Jakarta, Senin (17/11/2025).
Selain masyarakat umum, seminar ini turut dihadiri para finalis Miss Chinese Indonesia 2025. Kepada para peserta seminar, Mung Na menekannya pentingnya menguasai Bahasa mandarin, pasalnya kemampuan berbahasa Mandarin kini bukan lagi sekadar nilai tambah, tetapi merupakan kebutuhan nyata bagi generasi muda yang ingin membuka peluang lebih luas.
“Saya sampaikan kepada para finalis bahwa pentingnya bahasa Mandarin sekarang sangat besar. Dengan banyaknya perusahaan Tiongkok yang masuk ke Indonesia, kita semua harus bisa menguasai lebih banyak bahasa Mandarin dan mampu berkomunikasi dengan baik, bukan hanya sekadar memahami,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa belajar Mandarin tidak hanya berkaitan dengan dunia bisnis, namun juga membuka wawasan tentang budaya Tionghoa.
“Bahasa Mandarin itu bukan cuma untuk bisnis. Lewat bahasa, kita bisa mengenal budaya. Misalnya dalam penyebutan angka: kata ‘se’ terdengar seperti ‘mati’, atau ‘pa’ terdengar seperti ‘fa’ yang berarti rezeki. Dari sini kita belajar bahwa di balik setiap kata ada filosofi dan makna budaya,” jelasnya.

Mung Na juga menegaskan bahwa mempelajari bahasa Mandarin sekaligus mengajarkan nilai-nilai etika, kesopanan, dan kebiasaan budaya.
“Budaya Tiongkok itu sangat indah. Dari bahasa, kita belajar sopan santun, menghargai orang tua, cara minum teh, dan banyak hal lain. Jadi bukan hanya menghafal kata, tetapi mempelajari nilai,” tambahnya.
Mung Na juga mengamati kemampuan para finalis dalam berbahasa Mandarin. Dari 24 peserta, beberapa sudah lancar karena pendidikan sebelumnya di Tiongkok, namun mayoritas masih menggunakan bahasa Inggris. Ia mendorong para finalis untuk memperluas kemampuan komunikasi dalam bahasa Mandarin, tidak hanya sekadar menyapa atau menyebut nama, tetapi benar-benar mampu berinteraksi dengan percaya diri.

“Harapan saya, Miss Chinese Indonesia nantinya bisa menjadi jembatan antara Indonesia dan Tiongkok, mempererat hubungan kedua negara melalui bahasa dan budaya,” ujarnya.
Mung Na berharap para finalis tidak hanya melihat bahasa Mandarin sebagai materi pelatihan acara, tetapi sebagai bekal masa depan.
“Harapan saya, finalis ini bisa menjadi duta Indonesia yang membantu menjalin hubungan baik dengan Tiongkok. Mereka bisa menjadi jembatan yang memperkuat hubungan kedua negara,” katanya.

Seminar The Power of Rising Star ini menjadi salah satu langkah strategis bagi para finalis Miss Chinese Indonesia 2025 dalam mengasah kemampuan dan memahami identitas budaya mereka secara mendalam, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi ajang internasional dengan percaya diri.

