Museum Wayang, melihat lebih dekat ikonnya Indonesia
Kawasan Kota Tua Batavia memiliki beberapa museum yang saling berdekatan, salah satunya adalah Museum Wayang di Jalan Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Kota. Museum ini memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia dan mancanegara yang terbuat dari kayu, kulit, maupun bahan lainnya. Museum Wayang ini juga memamerkan boneka-boneka yang berasal dari Eropa, Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia yang beragam wayang seperti wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, wayang beber dan gamelan.
Kini Museum Wayang memiliki sekitar 5.147 koleksi wayang yang berasal dari sejumlah daerah di tanah air seperti Sunda, Jawa, Bali, Lombok dan Sumatera. Ada pula wayang mancanegara seperti dari Malaysia, Suriname, Perancis, Kamboja, India, Amerika, Inggris, Thailand, dan Vietnam. Bentuknya sangat beragam baik bentuk maupun coraknya. Untuk mencapai museum ini Anda bisa menggunakan Transjakarta dari blok-M (koridor 1). Kemudian turun di terminal kota akhir. Dari terminal ini Anda bisa berjalan kaki menuju lokasi. Lokasi Museum Wayang juga dapat diakses dengan taksi dari berbagai sudut kota Jakarta.
Di museum ini juga terdapat seluruh perlengkapan seputar perwayangan mulai dari alat penerangan yang digunakan untuk membuat bayangan di belakang layar yang disebut Lampu Blencong. Ada pula instrumen pengiring seperti gamelan dan panggung yang biasa dipakai untuk panggung boneka. Gedung Museum Wayang sebelumnya merupakan gereja yang didirikan VOC tahun 1640 dengan nama “de oude Hollandsche Kerk”. Gereja tersebut untuk peribadatan penduduk sipil dan tentara Belanda hingga tahun 1732.
Tahun 1808 gedung ini hancur akibat gempa, selanjutnya tahun 1921 dibangun gedung bergaya Neo Renaissance yang fungsinya sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry and Co. Tahun 1938 seluruh bagian gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda. Berikutnya tahun 1839 gedung ini dibuka sebagai museum dengan nama Museum Batavia oleh Gubernur Jenderal Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer.
Tahun 1957 museum ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) dan sejak itu nama museum diganti menjadi Museum Jakarta Lama. Pada tanggal 17 September 1962 diberikan kepada Dekdipbud (kini Kemenbudpar) RI yang selanjutnya kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 23 Juni 1968 untuk dijadikan Museum Wayang yang peresmiannya dilakukan pada 13 Agustus 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Ali Sadikin. Di museum wayang ini, Anda bisa menikmati berbagai koleksi wayang dari berbagai negara seperti: Malaysia, Suriname, Perancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Inggris, Amerika dan Thailand.
Anda juga bisa menyaksikan peragaan pembuatan wayang golek, kulit dan peragaan karawitan untuk masyarakat umum dan pelajar. Selain itu secara periodik diselenggarakan pagelaran wayang pada minggu kedua dan ketiga setiap bulannya. Untuk menikmati koleksi wayang di museum ini Anda diharuskan membayar tiket Rp2.000,00 untuk dewasa, dan Rp1.000,00 untuk mahasiswa, serta Rp600,00 untuk anak-anak. Museum Wayang ini buka setiap hari Selasa–Minggu pukul 09.00 sampai 15.00. Tutup pada Senin dan hari libur nasional. Anda bisa berkeliling di daerah Kota Tua Jakarta dengan menyewa sepeda onthel sambil menikmati indahnya arsitektur yang terselip di antara hiruk pikuk gedung modern kota. (arf)