Museum Bahari, lebih mengenal akan bahari nusantara

0

Pamer_Museum_Bahari

Museum Bahari adalah museum yang menampilkan koleksi benda-benda yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Museum bersejarah ini berdiri di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa, Tepatnya di jalan Pasar Ikan Jakarta Utara, menghadap ke Teluk Jakarta. Dahulu museum ini merupakan gudang tempat menyimpan rempah-rempah Belanda yang dahulu merupakan komoditi utama yang sangat laris di dataran Eropa yang dibangun tahun 1652. Museum Bahari menyimpan 126 koleksi benda-benda sejarah kelautan.

Terutama kapal dan perahu-perahu niaga tradisional. Di antara puluhan miniatur yang dipajang terdapat 19 koleksi perahu asli dan 107 buah miniatur. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut di masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam. Bangunan memiliki koleksi biota laut, data-data jenis sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia – Amsterdam.

Pada masa pendudukan Belanda bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari.

Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil. Pada masa pendudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Tahun 1976, bangunan cagar budaya ini dipugar kembali, dan kemudian pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari.

Anda bisa mengunjungi museum ini dengan menggunakan kendaraan pribadi, taksi atau transjakarta. Jika Anda ingin menggunakan transjakarta, Anda bisa turun di Stasiun Kota dari sini Anda bisa naik Mikrolet, badjaj, sepeda ontel atau berjalan kaki. Museum yang beralamat Jalan Pasar Ikan Nomor 1, Jakarta Utara dapat dikunjungi setiap hari Selasa sampai Minggu mulai pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. Cukup membayar dua ribu rupiah saja sebagai tiket masuk. Museum ini memberikan informasi mengenai kehidupan dan sejarah bahari Indonesia dan tentunya Anda bisa mengagumi koleksi-koleksi bahari Indonesia sekaligus meniti sejarahnya.

Museum Bahari terbuka lebar untuk Anda. Di sini Anda dapat berimajinasi menjadi seorang pengembara atau bajak laut yang mengarungi lautan luas dengan kapal-kapal yang kokoh. Museum Bahari menyimpan 126 koleki benda-benda sejarah kelautan. Terutama kapal dan perahu-perahu niaga tradisional. Di antara puluhan miniatur yang dipajang terdapat 19 koleksi perahu asli dan 107 buah miniatur, foto-foto dan biota laut lainnya.

Sedikit menambahnkan info saja nih kalau awalnya tempat itu menjadi pusat perniagaan penting. Begitu sibuknya sehingga perlu penjagaan ketat, Kapal-kapal besar dan kecil hilir-mudik mengangkut rempah-rempah, berupa cengkeh, buah pala, lada, kayu manis, kayu putih, tembakau, kopra, daun teh, biji kopi dan lain-lain diangkut ke Eropa dan beberapa negara lain di dunia. Hasil bumi Nusantara ini menjadi monopoli komoditi penting perusahaan dagang VOC (Vereningde Indische Compagnie) Belanda. Hingga kini gudang tua itu masih bertengger dan terkesan angker. Cocok diubah fungsinya sebagai museum yang menyimpan benda-benda sejarah kelautan. (arf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *