Prof. Satyanegara Rayakan HUT ke-86, Kenang Pengabdian di RSPP dan Tim Dokter Kepresidenan
Tenaga kesehatan, mulai dari profesi dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, fisioterapis, bidan, tenaga vokasi farmasi mendominasi suasana peringatan dan perayaan HUT ke 86 ahli bedah saraf, Prof. Satyanegara di Pondok Indah Glof Course, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Tetapi di tengah dominasi tenaga kesehatan, ada juga profesi lain termasuk mantan pejabat tinggi, yakni mantan Jaksa Agung (Nov. 2014 – Nov. 2019) Prasetyo, mantan Gubernur Lemhanas (2011 – 2016) Budi Susilo Soepandji. Selain, ada beberapa pengusaha swasta nasional seperti Sofjan Wanandi (pemilik bisnis Gemala Group. sekarang Santini Group), Tan Kian (Dua Mutiara Group; pemilik Hotel Jw Marriott dan Ritz Carlton).
Dalam momen perayaan tersebut, Prof. Satyanegara mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya kepada semua tamu undangan, terutama kerabat dan rekan-rekan sejawat yang turut hadir. Ia juga memberikan penghormatan kepada tenaga medis yang selama ini mendampinginya di berbagai rumah sakit, seperti RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina), RSSN (Rumah Sakit Satya Negara) Sunter, Tzu Chi Hospital, Mayapada Lebak Bulus, dan lainnya. Prof. Satyanegara juga mengenang masa-masa sekolahnya di Semarang dan Surabaya pada dekade 1950 hingga 1960-an, yang turut membentuk perjalanan kariernya dalam dunia medis.
Dalam kata sambutannya, Prof. Satyanegara menceritakan pengalaman berharga ketika ia dipanggil oleh Presiden Soeharto pada tahun 1972 untuk kembali ke Indonesia dan mengabdi di RSPP. “Saat itu, saya baru saja kembali ke Indonesia pada September 1972 setelah diminta oleh Presiden Soeharto. Setelah mengabdi di RSPP, tugas saya semakin berat, karena saya terlanjur terjun ke masyarakat, dan pekerjaan saya menjadi tiga kali lipat,” kenangnya. Peran Prof. Satyanegara semakin besar setelah ia ditugaskan sebagai tim dokter kepresidenan di era Presiden Soeharto. Sebagai bagian dari tim medis presiden, ia juga melayani keluarga Presiden Soeharto serta mengelola beberapa rumah sakit milik Pertamina di berbagai daerah.
Sebagai bagian dari tim medis Pertamina, Prof. Satyanegara harus menangani beberapa rumah sakit dan poliklinik yang tersebar di sejumlah kota, termasuk di Balikpapan (Kalimantan Timur), Manado (Sulawesi Utara), dan Pangkalan Susu serta Pangkalan Brandan di Sumatera Utara. Pada awalnya, ia ditugaskan sebagai Kepala Bagian Operasional. Tak lama kemudian, ia dipercaya untuk menangani ruang-ruang operasi di seluruh rumah sakit dan poliklinik milik Pertamina, yang pada waktu itu jumlahnya mencapai 15 poliklinik di berbagai daerah, serta dua rumah sakit besar, termasuk RSPJ (Rumah Sakit Pertamina Jakarta) di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Secara keseluruhan, ada 17 fasilitas kesehatan yang ia kelola.
Di tengah kesibukannya mengelola rumah sakit, Prof. Satyanegara juga berperan dalam perencanaan pembangunan fisik Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Salah satu pencapaian pentingnya adalah perluasan gedung B RSPP yang awalnya hanya memiliki dua lantai, kemudian diperluas menjadi tujuh lantai. Ia juga merancang kamar rawat khusus, yaitu kamar 535, yang didesain sebagai semi-ICU (Instalasi Gawat Darurat). Kamar rawat ini diperuntukkan bagi pasien VIP dan VVIP, sehingga mereka bisa dirawat tanpa bercampur dengan pasien lain. Kamar rawat 535 menjadi sangat bersejarah, karena pada 28 Januari 2008, Presiden Soeharto, yang juga merupakan pasiennya selama 36 tahun, menghembuskan nafas terakhir di kamar tersebut.
“Ruangan ini (535) dirancang dengan konsep khusus untuk memberikan kenyamanan bagi pasien-pasien penting. Presiden Soeharto juga menghembuskan nafas terakhir di ruang ini pada 28 Januari 2008. Saya mendampingi beliau selama 36 tahun sebagai bagian dari tim dokter kepresidenan,” ungkap Prof. Satyanegara dengan penuh haru di hadapan para tamu undangan.
Pada perayaan ulang tahunnya yang ke-86 ini, Prof. Satyanegara mendapatkan penghormatan tinggi atas dedikasinya yang luar biasa dalam dunia medis, terutama dalam bidang bedah saraf dan pelayanan kesehatan bagi presiden dan masyarakat luas. Perjalanan panjangnya sebagai tenaga medis dan bagian dari tim kepresidenan menunjukkan komitmen dan pengabdian tanpa henti terhadap bangsa dan negara, serta menjadi teladan bagi generasi tenaga kesehatan berikutnya.